KRICOM - Sejumlah pihak merasa curiga dengan kabar kembalinya Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab ke Tanah Air. Pasalnya, dia pulang ketika Indonesia akan merayakan pesta demokrasi.
Sebab sebelum menetap di Mekkah, Arab Saudi, Habib Rizieq sempat mengajak massanya melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran agar Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meninggalkan kursi Gubernur DKI Jakarta.
Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikhsan Abdullah tak mau suudzon seperti kebanyakan orang. Sebagai WNI, Rizieq punya hak mau kembali ke Indonesia kapanpun dia mau.
"Itu haknya beliau untuk pulang ke Tanah Air dan kampung halamannya di Jakarta. Lalu karena Habib Rizieq tokoh, maka semuanya dikait-kaitkan," kata Ikhsan kepada Kricom.id, Jumat (16/2/2018).
Sebaliknya, Ikhsan justru merasa kepulangan Habib Rizieq adalah untuk menyukseskan pesta demokrasi. Seperti yang kita tahu, Indonesia akan mengadakan pemilu berturut-turut mulai dari Pilkada, Pileg dan Pilpres.
"Kalau dianggap tahun politik, beliau pulang berarti pas momentumnya untuk membantu pesta demokrasi agar berjalan dengan damai dan menghasilkan tokoh-tokoh pilihan masyarakat," tutur Ikhsan.
Apalagi sebagai pemimpin FPI, Habib Rizieq mempunyai massa yang cukup banyak.
"Karena seruan beliau pasti diikuti oleh para pengikutnya yang jumlahnya cukup besar," tutup dia.
Habib Rizieq sendiri bakal pulang dengan menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines dengan tanggal kepulangan 20 Februari 2018. Dia akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada 21 Februari sekitar pukul 09.00 WIB.
Kedatangan Rizieq akan disambut dengan parade penyambutan oleh Alumni 212. Alasan pemilihan kepulangan tanggal 21 bulan Februari nanti juga bertepatan dengan satu tahun aksi 21 Februari 2017 di DPR.