KRICOM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, tiga bencana alam yang terjadi pada 2018 di Indonesia sebagai fenomena langka.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tiga bencana tersebut yakni gempa bumi beruntun di Nusa Tenggara Barat, gempa bumi disusul tsunami dan likuifaksi terbesar di dunia di Sulawesi Tengah.
"Serta tsunami Selat Sunda yang dipicu longsor bawah laut. Ketiga bencana tersebut menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian," katanya saat dikonfirmasi, Rabu (26/12/2018).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan dari tiga peristiwa tersebut, gempa yang disusul tsunami dan likuifaksi di Sulawesi Tengah merupakan bencana dengan korban jiwa terbanyak.
Dari data BNPB gempa dan tsunami yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) itu menyebabkan 2.101 orang meninggal dunia, 1.373 orang hilang dengan kerugian ekonomi hingga Rp18,47 triliun.
"Gempa memicu tsunami yang tiba sangat cepat hanya dalam waktu empat menit lalu terjadi likuifaksi yang merupakan peristiwa terbesar di dunia di tahun 2018 ini," tambah dia.
Baca Juga : Muslim Uighur Sumbang USD 20.000 untuk Korban Tsunami Selat Sunda
Kemudian, gempa bumi beruntun di Lombok dan Sumbawa yang menyebabkan 546 orang meninggal, 1.886 orang luka-luka dan kerugian ekonomi sekitar Rp17,13 triliun.
"Ketiga bencana ini aneh dan langka terjadi, sementara tsunami yang terjadi di Selat Sunda juga fenomena yang langka karena dipicu oleh longsoran bawah laut dan erupsi dari gunung Anak Krakatau," tutup Sutopo.
Seperti diketahui, saat tsunami menerjang pantai barat Banten dan Lampung Selatan, BMKG dan BNPB semula mendeteksi kejadian ini sebagai gelombang pasang.
BNPB mencatat hingga Selasa (25/12) pukul 13.00 WIB 429 orang meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda. Adapun korban luka mencapai 1.485 orang, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi, sementara kerugian masih dalam pendataan.