KRICOM - Nama Basuki Tjahaja Purnama belakangan ini muncul dan digadang-gadang sebagai salah satu tokoh politik yang akan menjadi calon Wakil Presiden di Pilpres 2019 mendatang. Namun sosok yang akrab disapa Ahok ini disarankan untuk tidak terjun dulu ke dunia politik.
Menurut pengamat politi Emrus Sihombing, mengingat statusnya sebagai terpidana kasus penistaan agama, Ahok sebaiknya menjauh terlebih dahulu menjauh dari politik. Emrus menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta ke-17 itu lebih menggeluti bidang sosial kemasyarakatan setelah keluar dari penjara.
"Saya kira bidang yang tepat bagi Ahok setelah bebas itu bergerak di gerakan sosial, khususnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna pluralisme," ujar Emrus di Jakarta, Jumat (16/3/2018).
Pengajar di Universitas Pelita Harapan itu lantas mencontohkan pengalaman tokoh politik dunia, Nelson Mandela. Pria yang gemar mengenakan batik itu juga sempat mendekam di penjara selama puluhan tahun sebelum akhirnya menjadi Presiden Afrika Selatan.
Setelah terbebas dari penjara karena menentang sistem apartheid yang diskriminatif, Mandela tidak menyimpan dendam, tetapi justru merangkul semua kalangan untuk membawa perubahan lebih baik bagi Afrika Selatan.
"Nah, Ahok diharapkan dapat menjadi Nelson Mandela di Indonesia. Dia sebagai korban sebaiknya memaafkan. Tak boleh menghabiskan waktu mempersoalkan apa yang telah terjadi," kata Emrus
Emrus menambahkan, Ahok cocok menjadi tokoh pluralisme karena pengalamannya sebagai korban gerakan eksklusif yang tidak hanya membuatnya kalah dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, tapi juga memaksanya mendekam di balik terali. Karena itu, Ahok bisa menjadi pejuang sosial kemasyarakatan.
"Artinya, Ahok bisa menggalakkan gerakan sosial tentang pluralisme, kebangsaan, kebersamaan dan tidak membedakan seseorang berdasarkan suku, agama, ras dan antargolongan," tutupnya.