KRICOM - Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Muhammad Tito Karnavian menegaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) aman dari serangan isu hoax soal Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Hal itu dikarenakan masyarakat sudah cerdas dan berpendidikan.
“Semua wilayah di tanah air aman dan tidak ada perpecahan apapun. Ini karena kecerdasan warga melihat informasi (hoax) itu, apalagi warga sekarang ini memiliki pengetahuan yang cukup luas. Yang kami lihat masyarakat sekarang ini paham mengengai ke-Bhinekaan, jadi hoax soal isu SARA pasti dapat ditangkal cepat,” tuturnya usai berkunjung ke tokoh ulama di Depok, Jumat (16/4/2018).
Selain itu, peran serta tokoh agama yang selalu memberikan pemahaman tentang menjaga keamanan serta keutuhan NKRI. Karena menurutnya, masyarakat di tanah air ini sudah hidup dalam kemajemukan selama bertahun-tahun.
“Kami pun sangat bangga melihat kerukunan ini dan tidak satu pun masyarakat menanggapi hoax yang bermunculan. Kalau pun muncul di media sosial, warga ikut langsung memerangi ini. Semua itu berkat kerja sama semua tokoh agama yang memberikan pemahaman saling bertoleransi antarsesama,” ungkapnya.
Diakui Tito, saat ini Polri terus mendeklarasikan anti hoax kepada masyarakat di seluruh tanah air. Kegiatan itu dilakukan polisi dengan mengandeng seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemuka agama, tokoh pemuda, hingga pemerintah daerah dan TNI yang ada di setiap Provinsi sampai Kabupaten/Kota.
“Alhamdulilah, masyarakat mendukung Polri memerangi hoax ini. Yang jelas ini berkat kerja sama semua lapisan masyarkat dan unsur lain yang mendukung keutuhan NKRI terus berjalan,” jelasnya.
Isu teror ulama beredar di masyarakat Kota Depok beberapa waktu lalu. Seperti teror melalui surat kaleng soal pembunuhan 10 tokoh agama di media sosial. Surat itu ditemukan di sekitar Grand Depok City (GDC) dan Sukmajaya Kota Depok, pada Sabtu (3/3/2018) silam.
Surat ancaman tersebut berisi nama-nama ulama Depok yang akan menjadi target pembunuhan. Adapun 10 daftar ulama yang menjadi target adalah KH Qurtubi Nafis, KH Abu Bakar Madris, Ustad Shobur Gardenia, Ustad Iwan Gardeni, Ustad Solihin Gardenia, Abi Zain Bin Qasim Gardenia, KH Riyono GG Kocen, Ustad M Syarif Hidayatulloh, KH Ahmad Jaelani, dan Ustad Marzan. Alamat pengirim surat tersebut berlokasi di Keadilan Jaya Abadi, Jalan Malaka Hijau, Pondok Kopi, Jakarta Timur.