KRICOM - Bagaikan virus, main game merupakan kegiatan yang sudah mewabah ke seluruh dunia. Enggak cuma dengan konsol atau komputer, kemajuan teknologi membuat kamu bisa memainkan game di mana saja melalui gadget atau smartphone.
Sebagai pengisi waktu luang ataupun pengusir rasa bosan, main game memang mengasyikkan. Namun, bagi beberapa orang, main game lebih dari sekadar itu.
Banyak orang yang betah memainkan permainan elektronik ini hingga berjam-jam lamanya. Bagi mereka, sehari saja tidak main game bisa bikin uring-uringan.
Parahnya, kecanduan game bisa bikin orang lupa segalanya. Tak sedikit pecandu game yang lupa makan, pekerjaan, bersosialisasi, bahkan lupa tidur lantaran terlalu larut dalam permainan.
Hasilnya bisa ditebak, kecanduan game berujung pada efek negatif. Beberapa orang sampai kehilangan pekerjaan lantaran lebih mementingkan main game daripada kewajibannya sebagai karyawan. Tak hanya itu, kecanduan game juga menyebabkan gangguan mental, hingga kelelahan fisik yang tak jarang berujung pada kematian.
Di beberapa negara, kecanduan game sudah dianggap sebagai masalah yang sangat serius. Kali ini, Kricom mencoba merangkum negara-negara yang memiliki fasilitas rehabilitasi untuk para pecandu game. Yuk, kita kupas satu-persatu.
1. Cina
Foto: www.motherjones.com
Di mulai dari negara tirai bambu. Berdasarkan data yang dihimpun tim Kricom, Cina merupakan salah satu negara dengan angka kematian tertinggi akibat terlalu banyak bermain game. Para gamer malang itu meregang nyawa akibat kelelahan.
Menyikapi hal ini, Pemerintah Cina tidak tinggal diam. Mereka merespon hal tersebut dengan mendirikan pusat rehabilitasi bagi para pecandu game. Pusat rehabilitasi tersebut pertama kali dibuka di Beijing, di sebuah markas militer.
Tempat rehabilitasi ini mengobati kecanduan game dengan menerapkan disiplin ala militer selama tiga bulan kepada para pasiennya. Tak jarang pula mereka menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan kecanduan yang diderita pasiennya.
Kini, terdapat lebih dari 300 pusat rehabilitasi serupa yang tersebar di seluruh pelosok Cina.
2. Korea Selatan
Foto: www.kidspot.com.au
Selain Cina, Korea Selatan juga menorehkan angka tinggi atas kasus kematian gara-gara bermain game. Bahkan pada satu kasus, sepasang suami istri harus mendekam di penjara lantaran terlalu berlebihan menjalani hobi bermain game.
Loh, kok main game aja bisa masuk penjara? Iya guys, jadi gara-gara terlalu sibuk main game, pasutri tersebut sampai mengabaikan bayi mereka hingga sang bayi meninggal dunia. Parah ya.
Banyaknya aduan masyarakat soal kasus kecanduan game mendorong pemerintah Korsel untuk bertindak. Mereka lalu mendirikan pusat-pusat rehabilitasi bagi para pecandu game dan internet.
Di kamp-kamp rehabilitasi tersebut, pasien pecandu game akan diajak beraktivitas seperti hiking, panjat tebing, belajar bermain gitar, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini diyakini dapat menghilangkan kecanduan pada game.
3. Amerika Serikat
Foto: abcnews.go.com
Negara adikuasa ini juga tak luput dari permasalahan kecanduan game. Meskipun tak separah yang terjadi di Cina ataupun Korea Selatan, Amerika tetap menganggap kecanduan game adalah masalah yang harus disikapi secara serius.
Kini, terdapat banyak pusat rehabilitasi di Amerika Serikat yang menawarkan program pemulihan bagi mereka yang kecanduan game akut. Salah satunya dikenal dengan nama Restart Life.
Restart didirikan oleh pasangan suami-istri Cosette Rae dan Hilarie Cash. Di sini, terdapat sebuah asrama di mana para pecandu akan dijauhkan dari teknologi selama 45 hari. Selama menjalani rehabilitasi di sana, para pasien akan didampingi oleh psikolog dan tenaga profesional yang akan membantu mereka menghilangkan kecanduan yang mereka alami.
4. Belanda
Foto: savagehenrymagazine.com
Kita beralih ke benua Eropa. Sama seperti di tempat lain, kecanduan game di Eropa sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Di sana, tak sedikit orang mengabaikan kehidupan sehari-hari seperti keluarga, sekolah, pekerjaan, pergaulan, dan kesehatan pribadi agar bisa tetap bermain game. Bahkan, banyak dari mereka yang terus-menerus mengonsumsi doping agar tidak kelelahan.
Menyikapi fenomena tersebut, klinik Smith & Jones Addiction Consultants -yang sejak 2004 berkutat pada kecanduan alkohol dan narkotika- mulai menawarkan bantuan untuk para pecandu game pada tahun 2006. Klinik yang berlokasi di kota Amsterdam, Belanda ini menjadi pusat rehabilitasi kecanduan game pertama di Eropa.
Dalam waktu enam bulan, klinik Smith & Jones berhasil menyembuhkan 20 orang pecandu game dari berbagai kalangan usia. Sayangnya, pusat rehabilitasi ini tidak berumur panjang. Smith & Jones dinyatakan bangkrut pada tahun 2010.
Meskipun sudah bangkrut, apa yang telah dilakukan klinik Smith & Jones rupanya menginspirasi negara-negara Eropa lain seperti Inggris dan Spanyol untuk melakukan hal serupa.
5. Australia
Foto: nation.lk
Dari Eropa, kita lompat ke Negeri Kangguru. Kecanduan game -terutama pada anak usia sekolah- telah mengundang kekhawatiran para orang tua di Australia.
Tak sedikit remaja Australia yang jam tidurnya terganggu lantaran bermain game sepanjang malam. Akibatnya, prestasi mereka di sekolah semakin merosot.
Hal ini mendorong berbagai pihak untuk membuka jasa konsultasi kecanduan game. Konsultasi bisa dilakukan secara tatap muka, atau melalui video conference.
Berdasarkan penelusuran tim Kricom, banyak sekali situs-situs Australia yang menawarkan terapi dan konsultasi dengan berbagai metode bagi para pecandu game.
Demikian lima dari sekian banyak negara yang memiliki pusat rehabilitasi bagi orang-orang yang kecanduan game. Bagaimana dengan Indonesia? Setelah ditelusuri, tim Kricom hanya menemukan sebuah pondok pesantren di daerah Ciamis, Jawa Barat yang menawarkan program rehabilitasi kecanduan game.
Kalau menurut kamu sendiri, apakah Indonesia memerlukan lebih banyak program-program seperti ini?