KRICOM - Kita tentu masih ingat letusan Gunung Merapi 7 tahun yang lalu. Ketika itu, letusan dahsyat tersebut menewaskan ratusan orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan.
Mbah Maridjan lahir pada tahun 1927 di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada 3 Maret 1982, suami dari Ponirah ini diangkat sebagai juru kunci Merapi menggantikan ayahnya yang wafat.
Sebagai juru kunci, Mbah Maridjan merupakan sosok yang berpengaruh bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi. Setiap terjadi letusan, warga baru akan mengungsi apabila sudah mendapat perintah dari pria bernama asli Mas Penewu Surakso Hargo ini.
Dilansir dari Merdeka, nama Mbah Maridjan mulai dikenal publik sejak letusan Merapi tahun 2006. Ketika itu, ayah dari 10 orang anak ini menolak untuk mengungsi meskipun sudah diimbau oleh pemerintah setempat. Ini semata-mata sebagai wujud rasa tanggung jawabnya sebagai kuncen Merapi.
Mbah Maridjan semakin tenar ketika dirinya membintangi iklan salah satu produk minuman energi. Ketika itu, jargon "Roso-roso" yang diteriakkannya dalam adegan iklan tersebut menjadi trademark yang melekat erat pada sosok Mbah Maridjan.
Pada akhirnya, pengabdiannya yang tinggi jugalah yang mengantar sang kuncen kembali ke hadirat Yang Maha Kuasa. Gunung Merapi kembali meletus pada 26 Oktober 2010. Ketika itu, Mbah Maridjan yang kembali menolak untuk mengungsi, bertahan di dalam rumahnya. Letusan tersebut menghasilkan awan panas yang meluncur deras melewati kediaman Mbah Maridjan.
Beberapa jam kemudian, tim SAR menemukan jasad Mbah Maridjan dalam kondisi sedang bersujud. Jenazahnya kemudian dimakamkan secara massal bersama para korban lain di Dusun Sidorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Pada 29 November 2011, Pemerintah Provinsi DIY memberikan penghargaan Anugerah Budaya 2011 kepada almarhum Mbah Maridjan, dalam kategori pelestari adat dan tradisi.