KRICOM - Polisi akhirnya mengungkap modus pencabulan yang dilakukan oleh oknum guru SD berinisial S (49) terhadap belasan siswinya.
Oknum guru yang mengajar di sekolah berbeda di Kecamatan Girimarto, Wonogiri ini tega melakukan tindak asusila saat para korban mengikuti kegiatan pelajaran olahraga di sebuah lapangan.
Kapolres Wonogiri, AKBP Muhammad Tora mengatakan, pelaku awalnya meminta korbannya untuk membonceng menggunakan sepeda motornya menuju ke lapangan, sedangkan murid lainnya disuruh untuk berjalan kaki.
Sesampainya di lapangan, siswi yang diajak pelaku tersebut langsung dicabuli. Perlakuan pelaku berhenti usai siswa lainnya tiba di lapangan. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk berjalan dari sekolah menuju ke lapangan membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
"Jadi, pelaku ini meminta korban untuk membawakan perlengkapan olahraga sambil dibonceng menggunakan motor. Nah, karena sampai lebih dulu di lapangan olahraga, kondisi itu dimanfaatkan pelaku untuk mencabuli korban yang diboncengnya tersebut," kata Muhammad Tora, Minggu (29/10/2017).
Tak sampai di situ, usai pelajaran olahraga, pelaku mencari korban lain dengan menyuruh seluruh murid untuk pulang ke sekolah lebih dahulu. Setelah itu, korban lainnya yang tinggal sendiri juga dicabuli.
Berdasarkan pemaparan pelaku kepada polisi, perlakuan bejat pelaku dilakukan beberapa kali kepada korbannya.
"Ada (korban) yang hanya sekali (dicabuli) dan ada yang berulang kali. Perbuatan asusila dilakukan di lapangan olahraga dan kamar mandi sekolah," lanjutnya.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, S melakukan tindak asusila sejak tahun 2015 silam. Hal tersebut sekaligus meluruskan dugaan awal yang menyebut bahwa tindakan pelaku dilakuan 14 tahun silam.
"Perbuatan korban dua tahun ini dilakukan, bukan sejak dirinya mengajar. Kebanyakan, korban diancam tidak naik kelas. Namanya anak kecil diancam seperti itu langsung takut. Untuk jumlah korban kemungkinan tidak bertambah," ujarnya.
"Dari hasil visum, ada 18 siswi yang positif telah mengalami tindak asusila. Saat ini, masih kami dalami lagi apakah ada korban yang lain atau tidak," tutupnya.
Akibat aksi bejat pelaku, banyak diantara siswa SD yang trauma. Bahkan, mereka menolak untuk diberi pelajaran oleh guru laki-laki. Praktis pihak kepolisian berupaya untuk memulihkan beban psikis yang telah dialami para siswa tersebut.