KRICOM - Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas meminta agar polisi membuktikan kebenaran gangguan jiwa yang dituduhkan kepada penganiaya Ustaz Prawoto yang terjadi di Bandung beberapa waktu lalu. Pasalnya, hal itu diduga sebagai kedok untuk menghindari hukuman.
"Pernyataan kalau pelaku itu gila saya kira itu harus dibuktikan terlebih dulu. Kita ini punya sejarah kelam atas persekusi kepada ulama-ulama," kata Yaqut, di Jakarta, Minggu (4/2/2018).
Dikhawatirkan, peristiwa penganiayaan itu sengaja dilakukan atas rencana pihak lain. Pelaku kemudian berdalih mengidap gila karena sadar jika orang dengan gangguan kejiwaan tidak dapat dihukum.
"Kami terus terang khawatir jika ini sudah by desain," ucapnya.
Menurutnya, umat Islam memiliki sejarah kelam dalam penaniayaan maupun teror terhadap ulama. Oleh karenanya, jika polisi tidak bisa membuktikan bahwa pelaku persekusi mengidap gila serta tak dapat membongkar kasus ini, masyarakat akan menilai jika hal ini sudah direncanakan.
"Kita punya sejarah kelam atas persekusi terhadap ulama-ulama dulu. Beberapa waktu lalu kita kenal dengan 'Kolor Ijo'. Ini mirip, yang di operasi juga ulama. Nah kami terus terang mengkhawatirkan ini by desain karena ini waktunya berdekatan dilakukan orang yang dinyatakan gila," tegasnya.
"Kami khawatir ini desain untuk memantik kemarahan umat Islam karena yang diserang ulama," jelasnya.
Di sisi lain, ia mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri jika menemukan kasus serupa. Sebaliknya, masyarakat diminta mempercayakan kasus hukum kepada polisi.
"Masyarakat jangan main hakim sendiri. Kalau ada kejadian itu, tentu masyarakat harus mengembalikan (kasusnya) ke penegak hukum," tutupnya.
Sejauh ini, polisi bersama tim dokter spesialis kejiwaan Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih telah memeriksa Asep Maftuh (45), pelaku penganiayaan yang menewaskan Ustaz Prawoto.
Dokter spesialis kejiwaan RS Bhayangkara Sartika Asih, Leony Widjaja menduga pelaku mengalami gangguan jiwa.
"Hasil pemeriksaan sementara, dia masuk dalam kategori gangguan jiwa. Emosionalnya tidak stabil namun ini masih sementara," ucap Leony, Jumat (2/2/2018).