MALAM makin larut, nyaris dini hari...
"Sekarang kamu tidur, jangan begadang, dan jangan rindu."
"Kenapa?"
"Berat. Kau tak akan kuat!"
Jleebb...! Dan Milea pun klepek-klepek.
Wakaka, gitu amat ya rayuan Dilan, remaja jadul tahun 90-an.
Mungkin kalau Dilan hidup di zaman sekarang, dia tidak akan bilang kalau rindu itu berat. Mungkin dia akan bilang ke Milea begini, "Jangan katakan rindu kalau kamu memang sedang tak rindu, itu hoax namanya."
Sepertinya pesan itu ada benarnya. Karena selama bulan Februari 2018, polisi dibuat sibuk mengonfirmasi kebenaran 45 peristiwa penyerangan ulama yang disebar oleh kelompok Muslim Cyber Army (MCA) di media sosial. Dan yang mencengangkan, kebanyakan kabar itu ternyata hoax alias kabar bohong.
Untung saja aparat bekerja cepat mengungkapnya. Menangkap para pelakunya dan menginterogasinya. Kalau tidak, bisa dibayangkan berapa banyak orang yang akan terprovokasi dan bertindak membabi buta tanpa kebenaran fakta. Ngeri pastinya.
Sayangnya para pelaku itu kembali membawa-bawa nama Islam dan mengaku sebagai anggota The Family Muslim Cyber Army (MCA). Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, Islam dijadikan topeng untuk menutupi gerakan-gerakan yang sangat tak beradab itu.
Menyebarkan ujaran kebencian, memviralkan isu kebangkitan PKI, mengabarkan penculikan dan penganiayaan ulama, hingga mencemarkan nama baik beberapa tokoh negara, termasuk presiden, mereka lakukan tanpa rasa berdosa. Makhluk macam apa mereka ini?
Mereka -kelompok intoleran- itu membuat yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Gampangnya, cara kerja mereka seperti magician yang 'mengibuli' dan membuat takjub penontonnya dengan ilusi yang mereka ciptakan. Gara-gara 'pesulap online' ini, bisa saja Pak Tarno, Limbad, dan Demian akan berpikir ganti profesi gara-gara lapaknya sudah diserobot.
Dan akibat ulah kelompok ini, pro kontra masyarakat pun tak bisa dihindari. Sebagian orang bahkan menuduh pemerintah anti-Islam atau menyerang muslim hanya karena para pelaku yang terciduk kebetulan anggota MCA. Dan kabarnya pula ada seorang pelaku yang ditangkap itu berprofesi sebagai dosen, sungguh menyedihkan.
Jujur kita harus mengelus dada, kenapa masih saja ada orang-orang yang berpikir dangkal seperti itu. Begitu gampang diagitasi dan diadu untuk kepentingan yang justru bisa merusak kesejukan Indonesia.
Patut diduga, kelompok intoleran dan para penebar berita abal-abal ini sengaja ingin menciptakan kekacauan di Indonesia dan menumbuhkan sikap tidak percaya terhadap pemerintah. Dan sudah pasti jawabannya adalah: kita tak sudi dibodohi para pecundang perusak bangsa!