KRICOM - Badan Intelijen Negara (BIN) mencium ada dugaan pemufakatan makar dibalik aksi kelompok Muslim Cyber Army (MCA). Hal ini terlihat dalam berbagai postingan negatif dan hoax yang selama ini disebar kelompok tersebut melalui media sosial.
Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi BIN, Wawan Purwanto mengatakan, polisi bisa mengungkap hal ini melalui beberapa tokoh dan pelaku yang sebelumnya sudah ditangkap.
"Mudah saja. Ini kan tahun politik dan serangan masif ini sedang berjalan. Tak sulit untuk mengungkap mereka karena alat yang ada sudah sangat canggih," kata Wawan kepada Kricom di Jakarta, Rabu (14/3/2018).
Dilihat dari cara kerja yang dilakukan MCA yang bernuansa politik, Wawan menilai apa yang disebarkan kelompok tersebut sangatlah berbahaya. Jika dibiarkan, maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap dunia politik saat ini.
"Kalau tak ada kepercayaan, dampaknya pemilihan umum dan Pilkada akan dianggap sebagai permainan belaka," jelas Wawan.
Wawan yakin, ada kelompok tertentu yang menungganggi kelompok MCA ini untuk mendelegetemasi pemerintah.
"Ini harus menjadi kewaspadaan bagi masyarakat untuk bisa menerka-nerka. Penegak hukum pun bisa memberikan tindakan ke pelaku sampai ke akar-akarnya," tutupnya.
Sebelumnya, penyidik Siber Bareskrim menangkap enam orang anggota MCA di sejumlah lokasi yang berbeda, yakni Muhammad Luth (40) ditangkap di Tanjung Priok, Jakut; Rizki Surya Dharma (35) di Pangkalpinang; Ramdani Saputra (39) di Bali; Yuspiadin (25) di Sumedang; Ronny Sutrisno (40); serta Tara Arsih Wijayani (40).
Di media sosial, kelompok ini rutin menyebarkan postingan foto video dan berita palsu berisi penghinaan, fitnah, dan pencemaran nama baik terhadap pemimpin dan para pejabat negara. Kelompok ini juga kerap mengunggah hal-hal bernuansa SARA di medsos, termasuk isu provokatif tentang penyerangan terhadap ulama dan kebangkitan PKI.