KRICOM - Gerakan tolak politik praktis masuk masjid kian mewabah. Bahkan di pusat Kota DKI Jakarta, lokasi yang pernah digelar acara Gerakan Subuh Berjamaah, yakni Masjid Sunda Kelapa Menteng itu tak luput jadi acara Deklarasi 'Cegah Politisasi Masjid' yang diinisiasi Ratusan Takmir Masjid se-Jabodetabek.
Mereka kompak menyerukan mencegah oknum yang memfungsikan masjid dari unsur politik praktis dan mengutamakan fungsi masjid untuk tempat beribadah kepada Allah SWT.
"Mari jadikan masjid sebagai sarana untuk mempersatukan umat, bukan dijadikan sarana memecah belah umat dan memperuncing perbedaan," ungkap perwakilan Takmir Masjid se-Jabodetabek, Ustaz Khudori, di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/3/2018).
Ustaz Khudori mengingatkan agar menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan menjadikan mimbar-mimbar masjid sebagai media untuk menyampaikan dakwah atau ajakan menjalankan ajaran agama secara sejuk dan damai, menerima perbedaan, dan saling menjunjung toleransi. Bukan malah saling mencaci-maki, ujaran kebencian, dan ajakan permusuhan.
"Mencegah masuknya khatib dan penceramah yang berpaham radikal, takfiri, ujaran kebencian, intoleran, dan anti Pancasila," ujarnya.
Di tempat yang sama, mantan Panglima Pasukan Berani Mati Gusdur, Gus Nuril Arifin meminta kepada takmir masjid dan para jamaah yang hadir untuk tidak menggunakan masjid sebagai ajang kepentingan politik praktis, partisan, dan jual beli suara.
"Masjid jangan digunakan untuk kepentingan politik praktis dan partisan," ucap Gus Nuril.
Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang itu menyayangkan jika masjid yang merupakan tempat mulia itu disalahartikan fungsinya. Dia berharap di tahun politik ini, masjid tidak lagi sebagai tempat berkampanye politik.
"Mari belajar dewasa, bersikap patriot dan hilangkan ego. Ketika Politik, Pilkada, dan Pilpres berjalan maka masuklah ke masjid dan tenangkan hatimu. Masjid untuk tenteramkan hati," paparnya.
Dia berharap agar umat Islam sadar, bahwa datang ke masjid untuk berdoa, bukan untuk bertemu calon kepala daerah.
"Ke masjid itu mau ketemu Allah apa ketemu calon gubernur atau calon presiden," sindir Gus Nuril.