KRICOM - Indonesia darurat berita hoax. Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan Indonesia saat ini. Adanya hoax semakin diperkuat dengan tertangkapnya kelompok Muslim Cyber Army (MCA).
Menurut Pengamat Media Sosial, Marshelia Gloria, maraknya hoax dan ujaran kebencian terjadi karena sifat masyarakat yang cepat menerima informasi di media sosial.
"Hoax itu mudah diterima karena mewakili harapan akan suatu keadaan dan kejadian yang sesuai dengan keinginan pribadi atau kelompok, dalam hal ini para pembacanya mengharapkan hal yang sama dengan sang pengirim hoax," ujar Marshel ketika dihubungi Kricom, Kamis (15/3/2018).
Ia berpendapat, hoax harus diperangi jika disinyalir dapat menimbulkan suatu keresahan dan sosialphobia dalam masyarakat.
"Kan hoax ini luas, semua bidang ada. Dan mereka lebih kepada menjatuhkan, khususnya jika hoax tersebut terkait politik atau kompetitor," ujarnya.
Selain itu, penyebaran berita hoax di media sosial yang makin marak dikarenakan medsos dapat dengan mudah menjangkau banyak massa dan menghemat biaya untuk mewujudkan kepentingan sang penyebarnya.
Dalam kasus MCA, ia menilai jika grup maupun akun yang dibentuk memang diikuti oleh orang-orang yang memiliki pemahaman dan ideologi yang sama. Sedangkan jika disinyalir adanya penyandang dana bagi kelompok ini, menurutnya hal ini hanya seperti bonus.
"Kalau menurut saya yang utama lebih ke ideologi. Jadi ideologinya itu yang memunculkan kepentingan, seperti ingin orang yang tidak sepaham dengan ideologinya dianggap buruk juga oleh orang lain. Sehingga akan semakin banyak orang yang sepaham dengan ideologinya. Sementara financial yang diperoleh karena aktivitas di MCA itu bonusnya," pungkas Alumni Universitas Gajah Mada ini.