KRICOM - Indonesia disebut menjadi negara yang rentan terhadap penyebaran berita bohong atau hoax. Pasalnya, lebih dari 50 persen jumlah penduduk merupakan pengakses internet. Generasi milenial menjadi kelompok yang terdampak akibat derasnya informasi bohong tersebut.
"Hoaks bertumbuh dengan cepat di antara masyarakat yang tidak kritis. Generasi milenial paling rentan bahaya hoax," kata Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto saat acara diskusi di Oria Hotel, Jalan KH Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/3/2018).
Wawan menuturkan, serangan hoax di era digital merupakan persoalan yang mendera negara di seluruh dunia, tidak hanya Indonesia. Terlebih informasi bohong ini kerap dijadikan industri yang menguntungkan bagi segelintir pihak.
"Serangan berita palsu di era digital ini merupakan masalah global," ucapnya.
Mengacu pada hasil wawancara wartawan Washington Post, Ohlheiser, seorang pembuat berita palsu di Facebook disebut mendulang untung sekitar USD 10.000 perbulan atau sekitar Rp 135 juta. Wawan berkesimpulan hoax tersebar lantaran dijadikan komoditas.
"Karena itu perlu sikap kritis. Pengguna internet yang tidak waspada dengan teror hantu hoax dengan mudah menyebarkannya kepada koleganya di ruang daring sehingga memunculkan efek bola salju yang menggelinding makin besar," tuturnya.