KRICOM - Nama Gina Haspel tiba-tiba mendapatkan perhatian luas dari masyarakat Amerika Serikat (AS). Bukannya tanpa alasan, Haspel kini telah menjadi Direktur Agensi Intelijen Pusat AS (CIA) perempuan pertama dalam sejarah, setelah Presiden AS Donald Trump menangkat Mike Pompeo menjadi Menteri Luar Negeri AS.
Menurut laporan yang dirilis The Guardian, Senin (13/3/2018), Haspel bergabung dengan CIA pada tahun 1985 dan menjadi Wakil Direktur CIA pada Februari 2017. Dirinya pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Divisi Klandestin Nasional di CIA dan sempat duduk sebagai pemimpin selama berkarir di kantor intelijen AS tersebut.
"Saya sangat berterima kasih kepada Presiden Trump untuk kesempatan ini dan sangat tersanjung atas kepercayaannya kepada saya untuk dinominasikan sebagai Direktur CIA berikutnya," ujar Haspel usai namanya disebut Trump sebagai pengganti Mike Pompeo yang kini telah memegang jabatan Menteri Luar Negeri AS.
Di kesempatan yang sama, Haspel juga menegaskan bahwa dirinya siap untuk menjalankan tugas-tugas yang diperintahkan Trump, terkait dengan kebijakan-kebijakan luar negeri yang terkait dengan intelijen.
"Jika disetujui (oleh kongres), saya tak sabar untuk membantu Presiden Trump memberikan dukungan intelijen," lanjut Haspel.
Namun begitu, Haspel juga memiliki sejarah kelam di dunia intelijen AS. Dirinya sempat menjadi pemimpin di sebuah penjara AS yang berlokasi di Thailand pada tahun 2002 silam. Sejumlah laporan menyebutkan, penjara tersebut merupakan salah satu tempat para anggota intelijen AS melakukan penyiksaan terhadap para tersangka teroris.
Seperti dikabarkan, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini telah mencopot Rex Tillerson dari jabatan sebagai Menteri Luar Negeri dan menggantinya dengan Mike Pompeo yang sebelumnya berposisi sebagai Direktur CIA.
Dalam pemaparannya, Trump mengatakan dirinya dan Tillerson tak lagi memiliki pandangan yang sama dalam menyikapi isu-isu luar negeri. Sebaliknya, Trump justru memuji Pompeo sebagai sosok yang sangat cocok bekerja bersamanya.
"Saya telah bekerja lama bersama Mike Pompeo. Ia memiliki energi dan kecerdasan yang tinggi, kami selalu berada di frekuensi yang sama," ujar Trump saat dirinya akan meninggalkan Washington untuk menuju California, Selasa (13/3/2018).