KRICOM - Direktur Agensi Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) Gina Hasper ternyata memiliki sejarah kelam dalam karirnya di dunia intelijen. Hal itu terkuak dalam sebuah laporan yang dirilis oleh Associated Press.
Seperti dikutip dari The Guardian, Hasper merupakan salah seorang pemegang komando di sebuah penjara tersembunyi milik Amerika Serikat (AS) di Thailand pada tahun 2002. Menurut laporan, penjara tersebut menjalankan operasi penyiksaan terhadap para tersangka teroris.
Menurut seorang narasumber yang dirahasiakan identitasnya, Hasper juga disebutkan mengetahui adanya dua orang terduga anggota Al-Qaeda yang disiksa menggunakan metode waterboarding.
"Fakta bahwa dirinya bisa bertahan, berkarir, dan kini akan menjadi direktur CIA seharusnya membuat kita khawatir," ujar Larry Siems, penulis buku 'Torture Report' yang memaparkan laporan analisa terhadap dokumen pemerintah terkait tudingan penyiksaan terhadap tersangka teroris di era Presiden AS ke-43 George W. Bush, kepada The Guardian.
Tak sampai di situ, Haspel juga dituding telah mengirimkan sebuah telegram rahasia kepada otoritas di CIA yang memerintahkan penghancuran terhadap video-video yang merekam sesi interogasi terhadap para tersangka teroris pada tahun 2005.
Senator Arizona, John McCain juga memaparkan keresahan yang sama. Dirinya meminta agar Kongres AS meminta keterangan kepada Haspel atas keterkaitannya dalam kasus penyiksaan terhadap para tersangka teroris.
"Haspel harus menjelaskan keterlibatannya dalam program interogasi CIA saat ia menjalani proses konfirmasi dengan Kongres," ujar McCain.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Tump secara aklamasi telah menunjuk Gina Haspel sebagai Direktur CIA menggantikan Mike Pompeo. Nantinya Hasper akan menjalani wawancara dengan Kongres AS sebelum dilantik sebagai Direktur CIA.
Apabila penunjukkan Haspel disetujui, maka perempuan berusia 61 tahun tersebut akan menciptakan sejarah di AS sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan Direktur CIA.