KRICOM - Perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) kian memanas, tepat setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan Pidato Kenegaraan perdananya pada 30 Januari 2018 lalu. Pasalnya, Trump menyampaikan bahwa Korut adalah negara memiliki ancaman paling besar bagi AS saat ini.
Menanggapi hal tersebut, Pyongyang langsung merilis sebuah makalah bertajuk 'Daftar Pelanggaran Hak Asasi Manusia di AS pada tahun 2017'. Makalah tersebut dilansir oleh Institut Studi Internasional Republik Demokratik Rakyat Korea dan disebarluaskan di kalangan delegasi negara-negara yang hadir di Jenewa, Swiss.
"Diskriminasi rasial dan misantropi adalah penyakit serius yang melekat pada sistem sosial negara AS dan hal itu semakin parah sejak Trump menjabat sebagai Presiden," demikian bunyi salah satu tulisan di makalah tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (31/1/2018).
Makalah yang diklaim sebagai hasil sebuah penelitian dari para akademisi asal Korut tersebut juga memberik contoh salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di AS.
"Kekerasan berlandaskan ras yang terjadi di Charlottesville, Virginia pada 12 Agustus lalu adalah sebuah contoh nyata dari politik rasisme yang tengah dijalankan oleh rezim yang tengah berjalan," lanjut sang penyusun makalah.
Tak hanya itu, para akademisi juga menyorot langkah Trump yang lebih memilih para milyarder untuk duduk sebagai menteri di kabinetnya, ketimbang sosok-sosok yang memiliki kapabilitas. Beberapa nama yang disebut adalah Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, Menteri Ekonomi Steven Mnunchin, dan Menteri Pertahanan James Mattis.
"Total aset dari para pelayan publik di tingkat wakil menteri ke atas di kabinet Trump saat ini bernilai US$ 14 miliar," tulis makalah tersebut.
Dirilisnya makalah tersebut merupakan respon keras atas Pidato Kenegaraan Trump di hadapan para anggota kongres AS. Saat itu, Trump mengatakan bahwa Korut yang masih terus melakukan pengembangan persenjataan nuklir memiliki potensi besar untuk meluncurkan rudalnya ke tanah Amerika Serikat.
Tak hanya itu, Trump juga menyempatkan diri memuji aksi seorang tentara Korut yang melarikan diri ke Korea Selatan. Menurut Trump, peristiwa tersebut merupakan bukti bahwa pemerintahan Korut saat ini berjalan sangat brutal.