KRICOM - Tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan bagi bangsa Indonesia untuk memperingati jasa-jasa pahlawan. Tapi tahukah kalian jika perjuangan para pahlawan nasional untuk memerdekakan Indonesia tak bisa terlepas dari peran dan dukungan 'orang asing'.
Ya, orang asing yang dimaksud adalah beberapa warga negara asing yang turut serta membantu kemerdekaan Indonesia. KRICOM merangkum nama pahlawan asing yang turut berjuang dengan pahlawan lokal demi kemerdekaan Indonesia.
1. Bobby Earl Freeberg
Foto: Istimewa
Bobby Earl Freeberg merupakan mantan penerbang tempur Angkatan Laut Amerika Serikat di era perang dunia ke II. Setelah pensiun, dia menjadi pilot bayaran.
Takdir mempertemukannya dengan Opsir Udara III Petit Muharto Kartodirdjo di Singapura. Setelah melakukan percakapan, Bob menyatakan diri untuk membantu Indonesia.
Selang beberapa lama, Bob dan Petit Muharto bertemu dengan Presiden Soekarno. Dalam pertemuan itu, Bob menawarkan bantuannya secara resmi.
"Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?" ujar Bob kepada Soekarno.
Soekarno akhirnya menyewa Bob. Sayangnya, saat itu, Indonesia tidak punya satu pun pesawat angkut. Meski begitu, Bob tak hanya tinggal diam. Dia menabung untuk membeli sebuah pesawat angkut DC-3 Dakota.
Pesawat itu diberi nama RI-002. Dia sengaja menggunakan nama RI-002 karena dia berpendapat nama RI-001 selayaknya diberikan untuk nama kehormatan pesawat pertama dimiliki Indonesia.
Bob banyak melakukan penerbangan untuk membantu perjuangan Indonesia, antara lain mengangkut dan menyelundup senjata, pakaian dan obat-obatan dari luar negeri menuju Indonesia. Bob juga ikut serta dalam operasi militer.
Pada 17 Oktober 1947, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) melakukan penerjunan pasukan untuk pertama kalinya. Saat itu, Boblah yang menjadi pilot pesawat yang membawa 12 prajurit AURI dari Bandara Maguwo ke Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Penerjunan ini dilakukan untuk menembus blokade Belanda dan mengobarkan perlawanan.
Sayangnya, sepak terjang Bob harus berakhir tragis. Pada tahun 1948, RI-002 yang dikemudikannya jatuh di tengah hutan. Diduga, pesawat nahas tersebut ditembak oleh pesawat pemburu milik Belanda.
Sisa reruntuhan dari RI-002 baru ditemukan pada 14 April 1978 di bukit Punggur, Lampung Utara. Namun, keberadaan jenazah Bob hingga saat ini masih menjadi misteri.
2. Laksamana Muda Maeda Tadashi
Foto: wikipedia.com
Laksamana Muda Maeda Tadashi merupakan seorang perwira tingi di Angkata Laut Kekaisaran Jepang. Selama Indonesia dijajah Jepang, ia menjabat sebagai kepala penghubung angkatan laut dan darat tentara kekaisaran jepang.
Laksamana Maeda memiliki peran yang cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia. Dia mempersilakan kediamannya yang berada di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan naskah proklamasi. Kini, bekas kediamannya itu menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
3. Ichiki Tatsuo
Foto: viva.co.id
Ichiki Tatsuo lahir di kota kecil Taraki, prefektur Kumamoto, bagian selatan Kyushu. Dia anak ketiga dari enam bersaudara. Pada 1933, Ichiki datang ke Bandung dan bekerja di studio foto.
Pada Oktober 1943, Jepang membentuk Pembela Tanah Air (Peta). Peta merupakan inti dari angkatan bersenjata Indonesia. Ichiki bekerja sebagai petugas paruh waktu di Divisi Pendidikan Peta di Bogor.
Saat Jepang menyerah, Ichiki menyatakan berpisah dengan Jepang. Tatsuo Ichiki kemudian berganti nama Abdul Rachman. Nama Abdul Rachman diberikan oleh H. Agus Salim. Nama itu disematkan sebagai bentuk penghargaan karena telah ikut berjuang dengan rakyat Indonesia.
Setelah sekian banyak memimpin pasukan khusus di operasi militer, akhirnya Abdul gugur di desa terpencil dekat Malang, Jawa Timur. Abdul Rachman berlari ke depan melawan arus peluru pasukan Belanda untuk membangkitkan semangat pasukan Indonesia yang mulai ragu melihat kekuatan Belanda.
4. Yang Chil-seong
Foto: Komarudin alias Yang Chil-sung (pakai kopiah) saat ditangkap tentara Belanda. (gahetna.nl)
Komarudin alias Yang Chil-seong lahir pada tanggal 29 Mei 1919 di Wanju, Provinsi Jeolla, Korea Selatan.
Pada awalnya ia diperintah oleh pemerintah kolonial Jepang sebagai penjaga tawanan tentara sekutu di Bandung pada tahun 1942. Saat itu baik Korea selatan dan Indonesia sedang dijajah oleh Jepang.
Singkat cerita, setelah hidup beberapa waktu dengan pasca pengampunannya dari hukuman mati. Yang Chil Sung kemudian menemui Mayor Kosasih dan menyatakan diri ingin masuk Islam. Mayor Kosasih membawa ia ke Raden Djajadiwangsa yang juga seorang ulama sepuh setempat. Yang Chil Sung kemudian mengucap dua kalimat syahadat dan berganti nama menjadi Komaruddin.
Pada tahun 1945, Korea akhirnya merdeka. Namun, dia tetap memilih bertahan di Indonesia. Di bergabung dengan gerakan pembebasan Indonesia.
Mengutip dari Majalah Historia, perjuangan Yang Chil-sung tercatat sebagai pahlawan yang berhasil mencegah invansi Belanda, ia berhasil meledakkan Jembatan Cimanu dan membuat pasukan Belanda melarikan diri.
Komarudin akhirnya tertangkap pasukan elit Belanda di kaki Gunung Dora (Garut-Tasikmalaya), dan dijatuhi hukuman mati. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Pasirpogor. Setelah 27 tahun Indonesia merdeka, jasad Komarudin dipindahkan ke TMP Tenjolaya, secara resmi mencatatnya namanya sebagai pahlawan kemerdekaan.
Itulah empat pahlawan asing yang ikut berjuang memerdekakan Indonesia. Semoga semangat juang mereka bisa menular ke generasi penerus bangsa.