KRICOM - Masyarakat Indonesia sebentar lagi akan menggelar pesta demokrasi. Namun pesta lima tahunan sekali itu acapkali memancing kebencian lantaran ada oknum yang sengaja menebar isu SARA.
Menanggapi fenomena itu, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengaku butuh bantuan dari alim ulama untuk menjalankan pemerintahan sekaligus meredam emosional masyarakat.
"Selain ilmu agama, tentu saja bisa memandu kami pemerintah. Karena bagi saya ulama juga penyalur suara dari masyarakat, umat dan ponpes di seluruh Tanah Air," kata Jokowi saat menghadiri rapat kerja di Asrama Haji, Jakarta Timur seperti dikutip dari Republika, Rabu (21/2/2018).
Karena sebagai pemimpin umat, suara pemuka agama tentu bisa memberi kesejukan kepada warga yang daerahnya akan menggelar Pilkada serentak.
Dia tidak ingin, pemilu lima tahunan sekali itu membuat sesama warga saling membenci satu sama lain karena termakan berita bohong.
"Jagalah ukhuwah Islamiah, watoniah kita. Kita harus bersama membangun negara tercinta ini," ujar mantan Wali Kota Solo itu.
Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) KH Mustofa Aqil Siroj sepakat dengan pernyataan Jokowi. Meski berbeda pilihan, namun kita semua merupakan saudara se-Tanah Air.
"Pakaian boleh beda, pilihan boleh tidak sama, tapi ingat, kita adalah satu Indonesia," timpal Aqil.