KRICOM - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru terhadap kekuatan partai politik jelang pemilu serentak 2019 mendatang. Hasilnya, tiga besar di Pemilu 2014 lalu, yakni PDIP, Golkar, dan Gerindra kembali menguasai peta kekuatan teratas di Pemilu 2019.
Elektabilitas PDIP dan Golkar bahkan lebih tinggi dari pencapaian 2014. Kendati demikian, Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, elektabilitas kedua parpol tersebut berbanding terbalik dengan tren PDIP dan Golkar dalam beberapa bulan terakhir.
Diungkapkannya, Golkar mulai mengalami kenaikan semenjak ditangani Airlangga Hartarto. Sedangkan, PDI Perjuangan mengalami penurunan meskipun tak siginifikan.
"Sosok Airlangga selaku ketua umum baru memberi harapan baru bagi partai Golkar. Airlangga yang dikesankan bersih berintegritas membangun kembali kredibilitas partai yang sebelumnya diterpa isu negatif," kata Rully saat merilis hasil surveinya di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (24/1/2018).
Rully mengatakan, elektabilitas Golkar saat ini mencapai 15,5% setelah sebelumnya mengalami keterpurukan ketika Setya Novanto ditangkap KPK. Ini adalah kali pertama perolehan suara partai berlogo pohon beringin melebihi angka di 2014.
Terkait menurunnya tren elektabilitas PDI Perjuangan dalam beberapa bulan terakhir, Rully menyebut salah satu faktornya karena para pemilih yang sebelumnya mendukung PDI Perjuangan kini telah 'kembali' ke pelukan Golkar.
Hal itu karena adanya kesamaaan karakteristik pemilih dari kedua partai politik tersebut.
"Migrasi pemilih antara PDI Perjuangan dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform yang sama, yakni nasionalis dan memiliki basis dukungan yang sama, pemilih dari kalangan wong cilik," jelasnya.
Diketahui, perolehan suara PDI Perjuangan di Pemilu 2014 yakni 18,95%, sedangkan elektabilitas PDIP dalam survei terbaru LSI sebesar 22,2%. Adapun perolehan suara Golkar di 2014 sebesar 14,75% sedangkan saat ini elektabilitas Golkar sebesar 15,5%.
Survei ini dilakukan pada 7-14 Januari 2018 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih berdasarkan multistage random sampling. Wawancara tatap muka dilakukan serentak di 34 provinsi. Survei dilengkapi dengan riset kualitatif seperti FGD, media analisis, dan depth interview narasumber. Margin of error sekitar 2,9%