KRICOM - Peristiwa langka super blue blood moon ternyata menyimpan sebuah mitos bagi sebagian warga, khususnya warga di Kelurahan Made, Lakarsantri, Surabaya. Saat fenomena gerhana bulan total tersebut terjadi, warga setempat akan mengangkat anaknya setinggi-tingginya dengan kedua tangannya.
Harapannya, anaknya akan tumbuh memiliki postur tubuh yang tinggi. Selain itu, warga juga berharap agar derajatnya turut ditinggikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut turut dilakukan oleh salah seorang warga Made Surabaya bernama Astuti. Menurutnya, kebiasaan tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun di keluarganya.
"Ya, biar tubuhnya bisa tinggi. Ini kata orangtua saya. Dulu saya waktu kecil, kalau ada gerhana, katanya juga diangkat seperti ini," kata Astuti saat ditemui Kricom, Rabu (31/1/2018) sambil tertawa.
Meski begitu, Astuti mengaku tidak percaya 100 persen dengan mitos tersebut. Namun, masih kata Astuti, tidak ada salahnya jika dicoba.
"Sebenarnya antara percaya dan tidak. Apa salahnya dicoba? Yang penting kita tetap menghormati mitos-mitos yang dipercaya orangtua," lanjutnya.
Astuti juga tidak menampik jika sebagian keluarganya ada yang percaya mitos. Bahkan, saat hamil, ada keluarganya yang tidak keluar rumah karena menganggap bahwa gerhana adalah proses keluarnya raksasa jahat yang akan memakan bulan.
"Namanya juga mitos. Percaya ya enggak apa apa, kalau enggak percaya juga enggak apa apa. Asal kita nggak menjelek-jelekkan," tutupnya.
Sekedar informasi, sebagian masyarakat di desa atau kelurahan Made, Lakarsantri, Surabaya, menang masih kental dengan kebudayaan Jawa dan Bali. Tak heran, setiap kali ada perayaan tertentu, selalu dirayakan dengan dua cara adat, yaitu Jawa dan Bali.