KRICOM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius menyebut, lebih dari 600 eks napi terosime kini berkeliaran di tengah masyarakat. Mereka yang belum sepenuhnya 'tobat', berpotensi untuk menyebarkan paham radikal itu kepada orang lain.
Suhardi tak menampik, di antara mereka ada yang termasuk sempalan ISIS yang baru pulang dari Suriah.
"Itu termasuk yang harus dimonitoring. Kan jumlah ada ratusan juga, ratusan macem-macam. Ada yang orang dewasanya, ada perempuan dan anak-anak. Itu semua dalam monitoring kami," kata Suhardi di Hotel Aryaduta, Jalan KKO Usman-Harun, Senen, Jakarta Pusat, Senen (12/3/2018).
Dia melanjutkan, ketika mereka baru pulang ke Indonesia, BNPT langsung melakukan pendataan.
"Kami kasih program deradikalisasi selama 1 bulan. Setelah itu dijemput sesuai perintah Kemendagri, ke mana mereka akan kembali. Dijemput bupati camat. Sehingga monitoringnya tinggal dengan siapa mereka bergaul dan sebagainya," jelas Suhardi yang menggunakan kemeja putih ini.
"Karena kita perlu atensi khusus bagi yang begitu takutnya radikalisme masih diikut mereka," ungkap dia.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencegah terorisme dan aksi radikalisme di seluruh wilayah di Tanah Air. Salah satunya, dengan pemanfaatan data kependudukan KTP elektronik berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) tunggal.
Tjahjo mengatakan, sebagai bentuk dukungan, dirinya akan memberikan data dan informasi terkait pengawasan perbatasan negara.
Selain itu, melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), Kemendagri akan memberikan data dan informasi kependudukan yang membantu BNPT dalam pengawasan intelijen dan penanganan terorisme sesuai peraturan yang berlaku.