KRICOM - Jajaran TNI Angkatan Darat meminta publik tidak lagi meragukan alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik tentara Indonesia pasca insiden kecelakaan di Jawa Tengah dan Perairan Kepulauan Seribu.
Aspam Kasad Mayjen TNI, Muhammad Nur Rahmad menegaskan kondisi tank M113A1 yang mengalami kecelakaan di Sungai Bogowonto, Purworejo dalam keadaan baik saat digunakan outbond bersama 20 anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK Sindurjan.
"Secara umun kondisi tank yang digunakan dalam kegiatan outbond tidak terdapat masalah dalam hal pemeliharaan dan perawatan. Itu terlihat dari pemeriksaan berkala," ujar Rahmad di Media Centre Dispenad, Jakarta Pusat, Rabu (21/3/2018).
Tank tersebut mengalami kecelakaan diduga karena posisinya terlalu dekat dengan hilir sungai. Pada saat kejadian, tank hanya bisa menampung 20 orang, hingga dibuatlah jadi dua kloter.
Pada kloter kedualah kecelakaan itu terjadi. Tank itu sendiri sudah kerap digunakan di sana dan tak bermasalah.
"Untuk tank yang terperosok itu sudah kita selidiki, kita tarik dan kita periksa. Memang dia (tank) sudah sering berputar di Sungai Bogowonto, sering berlatih di sana, namun (saat itu) tank berputarnya terlalu mepet dengan hilir delta sungai. Sehingga terperosok di sungai yang kebetulan kedalamannya 150 cm," tutur Rahmad panjang lebar.
Rahmad tak menampik apabila ada pelanggaran standar operasional prosedur (SOP) yang dilakukan prajuritnya saat sedang bertugas saat itu.
Aturan yang dilanggar adalah mekanisme perizinan untuk membawa masyarakat sipil bersama alutsista dan alur perizinannya.
"Kegiatan outbond ini tidak dilaksanakan sesuai standar operasional melintas di air. Akibatnya tank terperosok dan mengalami gangguan terhadap fungsi tank, namun kondisi mesin beberapa saat masih hidup. Matinya mesin tank disebabkan gangguan pada sirkulasi udara," tandasnya.
Satu tank milik TNI Angkatan Darat tergelincir ke Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu, 10 Maret 2018. Tank itu membawa murid taman kanak-kanak dan PAUD untuk latihan outbond. Tank itu tergelincir dan akhirnya tenggelam.
Dua orang korban dinyatakan meninggal dunia, yakni seorang prajurit dengan pangkat Pratu bernama Rendy dan Kepala Sekolah TK Ananda, Iswandari.