KRICOM - Insiden penganiayaan terhadap pemuka agama dan rumah ibadah ternyata bukan satu dua kali terjadi. Ironisnya, pelaku penyerangan selalu disimpulkan memiliki gangguan kejiwaan.
Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Din Syamsudin seakan tak percaya dengan hasil penyelidikan polisi. Dia meminta aparat penegak hukum tidak langsung mengambil kesimpulan sebelum meneliti dengan benar.
"Kalau bisa disimpulkan itu karena orang gila, ya ini bisa menimbulkan, wah ini tidak bisa diselesaikan dan kemudian (dianggap) selesai dengan dalih orang gila," kata Din saat ditemui di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2018).
Sebab berdasarkan catatan MUI, peristiwa penyerangan terhadap pemuka agama sudah terjadi puluhan kali.
"Nanti bisa ditanya balik, lah kenapa tiba-tiba dari Desember (2017) sampai sekarang sering muncul musimnya orang gila dan menyerang tokoh-tokoh agama? Nah ini yang harus dijelaskan oleh Polri," tegasnya.
Kepastian gangguan jiwa itu perlu diselidiki mendalam agar tak menimbulkan persepsi lain di mata publik.
Pasalnya di kalangan umat Islam muncul dugaan bahwa kejadian ini tidak berdiri sendiri tapi bagian dari hasil rekayasa sistematis.
"Saya pribadi juga menyampaikan hal sama, karena dilihat secara sederhana rentetan kejadian yang serupa menyasar pemuka agama dan tempat ibadah. Dan rekayasa yang canggih itu boleh jadi tidak berdiri sendiri," tuturnya penjang lebar.
Din juga menolak cara penanganan aparat berwenang yang mengaitkan aksi teror tersebut dengan Islam.
"Terhadap terorisme saya kira umat Islam selalu menyerukan jangan kaitkan dengan Islam karena tidak ada akar dalam Islam tentang terorisme dan tindak kekerasan," tutup mantan Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.