KRICOM - Pertempuran besar yang terjadi di Ghouta, Suriah telah menarik perhatian Pemerintah Amerika Serikat (AS). Hal tersebut bisa dilihat dari sikap AS yang mendesak pihak-pihak yang bertikai di Suriah untuk segera melakukan gencatan senjata.
Namun perhatian AS yang tengah tertuju ke Suriah tampaknya tengah dimanfaatkan oleh anggota kelompok teror ISIS. Baru-baru ini sebuah laporan dari media lokal Irak menjelaskan adanya pergerakan dari para anggota ISIS di Suriah bagian timur untuk menyeberang ke Irak.
Menurut kabar yang dirilis Newsweek, pergerakan anggota ISIS mulai terlihat pada Minggu (11/3/2018) silam. Namun beruntung upaya ISIS untuk kembali ke Irak digagalkan oleh para pejuang Muslim Syiah yang disokong oleh Iran
"Para pejuang telah mengungkap upaya serangan teroris oleh para gangster ISIS yang mencoba untuk menerobos daerah perbatasan Al-Jaghifi menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi," ujar Komandan Brigade Satu Satuan Pasukan Mobilisasi, Abu Jinan al-Basri.
Serangan yang dilancarkan para pejuang Muslim Syiah diklaim telah membuat para anggota ISIS yang menyusup ke wilayah Irak kocar-kacir. Mereka melarikan diri ke daerah gurun pasir di kawasan Al-Hasakah yang dikuasai pasukan Kurdi Suriah, musuh utama ISIS di Suriah.
Seperti dikabarkan sebelumnya, sebuah pertempuran besar kembali meletus di Suriah sejak bulan Februari silam. Pertempuran yang terjadi di Kota Ghouta bagian timur tersebut melibatkan militer Suriah pendukung Presiden Bashar al-Assad dan pasukan pemberontak.
Adapun konflik antara militer Suriah dan kaum pemberontak telah dimulai sejak tahun 2011 silam. Saat itu, sejumlah warga turun ke jalan untuk melakukan protes terhadap sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden al-Assad.
Namun aksi unjuk rasa justru disambut dengan aksi represif dari pasukan keamanan dan akhirnya berujung pada sebuah bentrokan besar. Warga yang menolak Presiden al-Assad bersatu untuk menggulingkan pemerintahan, tetapi menemui kegagalan.
Sampai saat ini konflik tersebut terus berlanjut. Amerika Serikat pada Senin (12/3/2018) meminta agar Dewan Keamanan PBB segera mengeluarkan resolusi untuk melakukan gencatan senjata di Ghouta selama 30 hari.