KRICOM - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggelar acara diskusi dengan tajuk ngobrol kemanusiaan (Ngokem). Acara yang mengusung tema 'Selamatkan Ghouta' ini digelar di Sisha Cafe Kemang, Jakarta Selatan pada Kamis (8/3/2018).
Acara Ngokem sendiri sudah digelar untuk ketiga kalinya. Kali ini, acara dimeriahkan oleh musisi kawakan Theresia Ebenna Ezeria Pardede (Tere), mantan musisi Madmor Abu Taqo, Komikus Tony Trax serta Redaktur Eksekutif Kantor Berita Turki Anadolu Agency, Pizaro.
Presiden ACT, Ahyudin menuturkan, situasi di Suriah memaksa semua oprang agar segera menolong Ghouta.
"Mumpung Ghouta masih ada," tegas Ahyudin.
Dia menambahkan, saat ini skala derita konflik di Suriah telah masuk ke fase sangat kritis. Banyak mayat bergelimpangan, banyak orang yang lari menyelamatkan diri ke negara lain.
"Tujuh tahun sudah krisis kemanusiaan di Suriah. Jangan cuma soal angka korban atau kalkulasi material. Lebih jauh dari itu. Sekarang apa yang sudah kita lakukan untuk menolong mereka?" sesalnya.
Di sisi lain, Tere menegaskan apa yang terjadi di Ghouta saat ini merupakan duka kemanusiaan. Untuk itu, jika sudah masuk dalam urusan kemanusian, maka semua umat manusia di dunia mempunyai peran yang sama yakni membantu para korban di Ghouta.
"Ghouta adalah duka kemanusiaan. Tapi, apakah kita masih layak disebut manusia jika membiarkan mereka berurai darah dan air mata?" tutur Tere.
Senada dengan Tere, Pizaro juga meminta agar masyarakat di dunia lebih aktif. Pizaro sendiri ingin rekan-rekan jurnalis di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya untuk lebih aktif dan produktif mengabarkan krisis kemanusiaan yang terjadi di Ghouta.
"Selama ini media baru mengangkat isu kemanusiaan ketika da peristiwa. Padahal Ghouta adalah peristiwa itu sendiri," kata Pizaro.
"Sudah lama Ghoute terkepung dan mengharapkan uluran bantuan kemanusiaan," tegasnya.
Untuk diketahui, Ghouta Timur di Suriah digempur serangan sejak 18 Februari 2018. Hingga saat ini, sudah banyak korban berjatuhan. Serangan berkedok operasi militer dengan dalih mengusir pemberontak yang berada di Ghouta. Akibatnya, anak-anak, perempuan dan warga sipil tak berdosa menjadi korban. Syrian Observatory for Human Right (SOHR) mencatat ada 700 nyawa melayang akibat serangan di Ghouta.
Krisis yang terjadi di Ghouta menggerakan masyarakat Indonesia untuk membantu dan menyelamtakan Ghouta. Bantuan ini disalurkan masyarakat Indonesia melalui ACT. Bantuan yang disalurkan adalah makanan siap santap serta bahan bakar untuk pengungsi.
Selain itu, Turki dan Indonesia sudah bergerak untuk menyelamatkan masa depan warga Suriah. Saat ini, Turki membuka diri untuk menampung dan menanggung pangan 3,5 juta pengungsi Suriah.
Berkaca dari Turki, mewakili bangsa Indonesia, ACT akan berkontribusi menanggung sebagian derita yang dialami pengungsi. Salah satunya, ACT dan Indonesia Humanitarian Center (IHC) akan memberangkatkan Kapal Kemanusiaan untuk Suriah pada 21 April 2018.
Tak hanya itu, ACT dan IHC juga menyiapkan pembangunan pusat layanan pengsungsi di Turki. Di dalam pusat pelayanan pengungsi akan menyediakan multi layanan kemanusia seperti bantuan medis, pangan dan shelter.