KRICOM - Hubungan Rusia dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas menjelang penyelenggaraan pemungutan suara tengah periode (midterm election). Pasalnya, Rusia dicurigai akan melakukan sejumlah aksi untuk mempengaruhi hasil pemungutan suara.
Hal tersebut diucapkan oleh Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Mike Pompeo. Dalam pernyataannya, Pompeo mensinyalir adanya sejumlah pergerakan dari Pemerintah Rusia untuk mempengaruhi Pemungutan Suara Senat yang akan berlangsung pada bulan November mendatang.
Menurut Pompeo, hal ini bukanlah pertama kalinya dilakukan Rusia. Pasalnya dalam Pemilihan Presiden AS lalu, Rusia dituding telah memengaruhi pemungutan suara yang menjadikan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45, menggantikan Barack Obama.
"Saya berekspektasi Pemerintah Rusia akan melanjutkan sejumlah aksinya tersebut, tetapi saya yakin AS akan mampu menggelar pemungutan suara dengan bebas dan asil, sehingga meskipun mereka berupaya mengganggu, maka dampaknya tidak akan terlalu besar," ujar Pompeo, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (29/1/2018).
Sebelumnya, CIA sempat menemukan sejumlah petunjuk keterlibatan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS pada 2016 lalu. Menurut badan intelijen tersebut, peretas asal Rusia dengan sengaja membocorkan arsip komunikasi Partai Demokrat dan membanjiri media sosial dengan berita-berita hoax. Akibatnya Gedung Putih mendapatkan sorotan dan dituding tidak bertindak serius dalam menanggapi aksi peretasan tersebut.