KRICOM - Facebook telah merilis sebuah pernyataan resminya terkait skandal 'panen data' yang dilakukan oleh perusahaan Cambridge Analytica. Dalam pernyataannya, Facebook mengakui telah mendeteksi aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berbasis di Inggris tersebut.
"Pada tahun 2015, kami mengetahui bahwa seorang profesor bidang psikologi di Universitas Cambridge bernama Dr. Aleksandr Kogan membohongi kami dan melanggar Kebijakan Facebook dengan memindahkan data menggunakan sebuah aplikasi kepada Cambridge Analytica, sebuah lembaga yang berkaitan dengan politik, pemerintahan, dan militer yang beroperasi di seluruh dunia," bunyi pernyataan Facebook yang dirilis pada 16 Maret 2018 silam.
Tak hanya itu, Facebook juga memaparkan data-data tersebut juga diberikan kepada Christopher Wylie, akademisi dari Cambridge University yang pertama kali membocorkan skandal tersebut.
"Kogan juga memindahkan data tersebut kepada Christopher Wylie dari Eunoia Technologies, Inc.," sambung pernyataan tersebut.
Facebook juga memaparkan, Kogan telah memperoleh data akses terhadap data-data tersbut dengan cara yang sah dan melalui kanal yang 'sesuai', tetapi telah melanggar aturan soal pembagian data terhadap pihak ketiga, yaitu Cambridge Analytica dan Christopher Wylie.
Sampai saat ini, pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg belum merilis pernyataan resminya. Namun pihak Facebook telah mencekal dan memblokir akun serta aplikasi Cambridge Analytica, menyusul skandal panen data pengguna.
Seperti diketahui, Facebook Inc. sedang mendapatkan sorotan tajam setelah perusahaan pemilik salah satu media sosial terbesar di dunia tersebut dilaporkan telah membocorkan lebih dari 50 juta data penggunanya sejak 2014 silam.
Menurut laporan yang dirilis Reuters, Sabtu (17/3/2018), data-data tersbut 'dipanen' oleh sebuah sebuah perusahaan bernama Cambridge Analytica.
Setelah didalami, Cambridge Analytica merupakan perusahaan sektor data yang meberikan bantuan dalam kampanye Donald Trump pada Pemilu 2016 silam.