KRICOM - Tanggal 24 Maret 1946 merupakan hari bersejarah bagi Indonesia dan kota Bandung. Di hari itu, terjadi pembakaran besar-besaran yang dilakukan oleh Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan TNI pada saat itu) dan ratusan ribu warga Bandung. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Bandung Lautan Api merupakan salah satu dari rentetan peristiwa bersejarah pascakedatangan pasukan Inggris ke Indonesia yang sejatinya bertujuan untuk melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang yang ditahan pihak Jepang. Kedatangan mereka rupanya ditunggangi Belanda yang bernaung di bawah Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Kehadiran NICA memiliki maksud terselubung, yakni untuk kembali menguasai Indonesia.
Setelah mendarat di Jakarta pada 15 September 1945, pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir MacDonald memasuki kota Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Inggris yang pada waktu itu mengatasnamakan Sekutu, menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk diserahkan kepada mereka.
Tak cukup sampai di situ, pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum yang mengharuskan TRI beserta rakyat meninggalkan kota Bandung bagian utara, paling lambat 29 November 1945. Ultimatum ini ditolak mentah-mentah. Akibatnya, pertempuran bersenjata pun tak terhindarkan.
Sekutu kembali mengumumkan ultimatum kedua yang menuntut TRI dan rakyat keluar dari seluruh kota Bandung selambat-lambatnya 24 Maret 1946. Kalah dalam jumlah pasukan dan persenjataan, para pejuang terpaksa menuruti ultimatum tersebut. Namun mereka tidak menyerahkan kota Bandung begitu saja pada musuh.
Kolonel Abdoel Haris Nasution selaku Komandan Divisi III TRI memerintahkan TRI dan rakyat untuk membumihanguskan kota Bandung sebelum mereka pergi. Ini dilakukan agar Bandung tidak bisa dimanfaatkan NICA untuk dijadikan markas. Dikutip dari laman Merdeka, perintah ini disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) pada 24 Maret 1946 pukul 14.00 waktu setempat.
Rakyat dan para pejuang meninggalkan kota Bandung setelah membakar rumah dan bangunan lainnya (Merdeka.com)
Para pejuang kemudian meledakkan sejumlah bangunan yang diprediksi akan digunakan oleh NICA. Tak hanya itu, mereka bersama warga juga membakar rumah-rumah yang ditinggalkan. Pada pukul 23.00 malam harinya, Bandung telah diselimuti oleh kobaran api. Usai melakukan pembakaran, sekitar 200.000 warga bersama para pejuang pergi meninggalkan kota Bandung.
Istilah Bandung Lautan Api sendiri baru muncul beberapa hari setelah peristiwa pembakaran terjadi. Berawal ketika seorang wartawan muda bernama Atje Bastaman menyaksikan merahnya Bandung yang sedang terbakar hebat dari Gunung Leutik, Garut. Atje kemudian menulis berita tentang peristiwa tersebut. Tulisan Atje lalu dimuat di surat kabar Suara Merdeka edisi 26 Maret 1942 dengan judul Bandoeng Laoetan Api.