KRICOM - Tokoh nasional yang dianggap laik menjadi calon presiden saat Pilpres 2019 mendatang. Selain Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto, nama Yenny Wahid disebut-sebut patut diperhitungkan.
Meski namanya belum pernah muncul dalam survei nasional, namun Yenny dianggap pantas bersaing dengan Jokowi dan Prabowo. Apalagi putri Presiden Abdurrahman Wahid memiliki karakter yang rendah hati.
"Dengan rekam jejak yang panjang yang dimiliki Yenny dan kedekatannya dengan berbagai kelompok Islam selama ini maka figur Yenny layak untuk diperhitungkan," kata
Sekjen Jaringan Muda Nahdlatul Ulama, Adnan Rarasina dalam siaran persnya, Rabu (31/1/2018).
Yenny selama ini lebih banyak berkecimpung dan aktif di bidang sosial kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat kecil dan pembelaannya pada kaum minoritas yang terpinggirkan melalui The Wahid Foundation.
Meski tidak aktif lagi di partai politik, sosok dia dipandang masih tetap memiliki magnet kuat. Berbekal komunikasi politiknya yang cair dan lentur, Yenny diterima di berbagai kalangan dan komunitas masyarakat.
Di Pilkada 2018, Yenny sebenarnya ingin diusung Gerindra sebagai Calon Gubernur Jawa Timur. Namun karena tak mendapat restu dari keluarga Nahdlatul Ulama, dia akhirnya menolak pinangan dari Prabowo.
"Soal pengalaman politiknya, Yenny juga langsung menimba dari pergulatan politik yang keras saat ayahnya, Abdurahman Wahid atau Gus Dur, menjabat sebagai presiden pada awal-awal reformasi," tuturnya.
Adnan meyakini Yenny memang sengaja ditempa Gus Dur dengan terus mendampingi sang ayah ketika menjalankan pemerintahan dan agenda-agenda kenegaraan.
Dan dalam lawatannya di berbagai kesempatan keluar negeri, di mana Gus Dur juga memperkenalkan Yenny pada pemimpin-pemimpin dunia.
"Saat kunjungan Raja Salman ke Indonesia tahun lalu, Raja Arab Saudi itu juga masih ingat dan sempat menanyakan keberadaan Yenny saat itu," pungkasnya.
Selain itu, kata dia, pengalaman politik Yenny dinilai cukup komplit, yakni pernah menjadi sekretaris jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa hingga menjadi staf khusus presiden pada era Presiden Susilo Yudhoyono.