KRIMINALITAS.COM, Jakarta - Sewajarnya, tak ada yang menolak apa pun yang berbau cuma-cuma, namun berbeda halnya dengan warga Swiss. Pasalnya, mereka justru menolak untuk diberikan gaji secara cuma-cuma. Padahal, warga Swiss berpotensi mendapatkan 2.500 franc Swiss (sekitar Rp34,3 juta) setiap bulannya.
Untuk menolak pemberian gaji cuma-cuma tersebut, masyarakat Swiss mengadakan sebuah referendum yang berlangsung Minggu (6/6) waktu setempat. Dari referendum tersebut, sebanyak 76,9 persen warga menyatakan "tidak" untuk gaji dasar warga tersebut.
Referendum ini digagas oleh seorang pemilik kafe di Basel, Daniel Haeni dan kawan-kawannya, dengan sistem demokrasi langsung.
Perdebatan soal rencana ini dimulai tahun 2013, dengan petisi dukungan yang ditandatangani oleh lebih dari 100 ribu orang. Ide ini menuai perhatian dari seluruh dunia, berujung pada referendum kemarin.
Para pendukung rencana ini mengatakan gaji cuma-cuma sebesar 2.500 franc untuk setiap orang dewasa atau 625 franc (Rp8,5 juta) untuk anak-anak di bawah usia 18 tahun setiap bulannya tanpa syarat apa pun adalah bentuk penghargaan terhadap martabat manusia dan demi meningkatkan layanan publik.
Namun para penentangnya, termasuk pemerintah Swiss, mengatakan rencana ini terlalu menghabiskan anggaran negara dan berpotensi melemahkan ekonomi.
Pemerintah Swiss mengatakan, mereka harus menyediakan 25 miliar franc setiap tahunnya untuk menggaji warga. Hal ini akan memicu kenaikan pajak, pemotongan anggaran, dan merusak ekonomi.
Selain itu parlemen mengatakan, gaji cuma-cuma akan membuat warga Swiss malas untuk bekerja dan memilih tinggal di rumah.
Olivier, tukang kayu berusia 26 tahun yang memiliki toko mebel mengaku memilih "ya" dalam referendum. "Ini adalah kesempatan besar agar bisa fokus pada mimpi saya dan tidak hanya bekerja untuk penghidupan," kata dia, dikutip Reuters, Senin (6/6).
Para pendukung rencana ini meletakkan tulisan besar di lapangan sepak bola yang berbunyi: "Apa yang akan kalian lakukan jika pemasukan sudah aman?".
Sementara itu, warga lainnya, Meleanie mengaku memilih "tidak".
"Saya kira sangat berbahaya saat seseorang dipenuhi seluruh kebutuhannya, maka masyarakat sudah tidak merasa bertanggung jawab lagi mengurus orang lain yang tidak mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri," kata Meleanie.
Swiss bukan satu-satunya negara yang diwarnai perdebatan soal gaji dasar warga. Finlandia berencana menghapuskan seluruh jaminan sosial dan menggantinya dengan uang tunai sebesar US$10 ribu (Rp134 juta) bagi semua warga setiap tahunnya.
(Andreas)