KRICOM - Indonesia punya ribuan tempat wisata menarik. Mulai dari pantai, gunung, tempat wisata bersejarah dan lain sebagainya. Tapi, ada beberapa tempat yang bisa menjadi rujukan salah satu destinasi wisata kamu. Tapi, bukan pantai, gunung, atau wahana hiburan. Kali ini ada yang namanya kampung unik.
Nah, kali ini Kricom.ID akan memaparkan, beberapa kampung unik yang ada di Indonesia, Cekidot!
1. Kampung Warna Warni
Kampung ini terletak di bantaran kali Brantas, Kota Malang, Jawa Timur. Kampung yang bernama asli Kampung Jodipan ini dulunya merupakan kawasan pemukiman kumuh. Banyak warga di sini tidak memiliki kamar mandi di dalam rumahnya. Mereka juga punya kebiasaan buruk membuang sampah ke Kali Brantas.
Kekumuhan Kampung Jodipan rupanya menarik perhatian sejumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Para mahasiswa kreatif ini memiliki ide untuk memperbaiki wajah kampung ini dengan cara mengecatnya dengan berbagai macam warna.
Ide tersebut ternyata mendapat tanggapan positif dari warga Kampung Jodipan. Pengecatan dilakukan pada Juni 2016 oleh masyarakat dengan bantuan tentara dan juga disupport oleh salah satu produsen cat di Malang.
Pada awalnya, meski secara fisik kondisi rumah di kampung ini sudah diperbaiki dan temboknya warna-warni, namun masalah utama di permukiman ini yaitu sanitasi masih belum teratasi. Toilet masih menjadi sesuatu yang langka bagi warga. Perilaku membuang sampah sembarangan pun masih terulang.
Namun, semua berubah ketika para wisatawan mulai tertarik mengunjungi kampung ini, baik untuk sekadar melihat-lihat, atau berfoto ria. Kedatangan para turis membuat warga merasa malu jika masih membuang sampah ke sungai. Bahkan, di sana telah dibangun sebuah toilet umum yang digunakan warga secara bergantian.
Kini, pengunjung Kampung Warna Warni dikenai tiket masuk seharga Rp 2000. Uang yang terkumpul dari penjualan tiket masuk tersebut digunakan untuk biaya perawatan lingkungan.
2. Kampung Wadon
Di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ternyata ada sebuah kampung yang enggak ada laki-lakinya sama sekali. Iya, kampung tersebut disebut sebagai Kampung Wadon, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti kampung perempuan.
Desa ini memang hanya dihuni oleh perempuan, namun tidak berarti mereka tidak boleh menikah loh. Perempuan di desa ini juga ada yang memiliki suami, namun mereka tidak diperbolehkan membawa suaminya tinggal di Kampung Wadon.
Menurut salah satu sesepuh desa bernama Mbah Kasinem, hal tersebut sudah menjadi tradisi turun temurun. Bahkan, masyarakat di sini juga meyakini mitos bahwa perempuan yang membawa pasangannya hidup di Desa Wadon akan mengalami kesengsaraan.
Namun sayangnya, Kampung Wadon terancam keberadaannya. Populasi di kampung ini kini sangat sedikit. Itu semua dikarenakan banyaknya warga yang meninggalkan kampung ini demi mencari kehidupan yang lebih baik.
3. Kampung Cyber Taman Sari
Kampung Cyber ini adalah sebuah perkampungan padat penduduk yang berdampingan langsung dengan komplek Taman Sari, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Jogja.
Kampung yang berdiri sejak tahun 2006 ini didesain oleh Pemda DIY bersama warga setempat demi menjawab tantangan zaman yang sarat dengan perkembangan teknologi informasi.
Hampir semua warga di sini faham akan teknologi. Hal tersebut bisa dilihat dari masing-masing rumah yang ada di kampung ini sudah terpasang koneksi internet. Bahkan, di pos ronda pun juga terpasan hotspot gratis! Wah, keren ya kampung Cyber ini.
Kampung ini makin afdol dibilang kampung Cyber karena sang juragan Facebook, Mark Zuckerberg pernah blusukan di kampung ini loh! Setelah kunjungan tersebut, warga kampung cyber menamai jalan yang dilalui Mark dengan nama 'Zuckerberg Street'.
4. Kampung Korea
Di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, terdapat kampung yang disebut Kampung Korea. Di Kampung tersebut, semua nama jalan ditulis dengan huruf yang identik dengan aksara hangeul dari bahasa Korea.
Kampung tersebut berada di Kecamatan Sorawolio. Penduduk asli kampung tersebut adalah Suku Laporo yang sehari-harinya menggunakan bahasa cia-cia. Siapa sangka, bahasa cia-cia Laporo rupanya mirip dengan aksara hangeul atau bahasa Korea.
Menurut Tetua Adat Laporo Bugim, Djunudin, orang Korea pernah meneliti bahasa cia-cia Laporo. Usai sebelas tahun penelitian, para peneliti Korea mengatakan ada persamaan bahasa antara cia-cia Laporo dengan akasara hangeul.
Pada tahun 2009, pemerintah Kota Baubau menerima aksara hangeul sebagai aksara penulisan cia-cia. Semua nama jalan di Kecamatan Sorawolio terdapat aksara hangeul dengan arti bahasa cia-cia. Selain itu, penulisan aksara hangeul masuk juga dalam kurikulum mata pelajaran di sekolah.
5. Kampung Pasir
Kebiasaan warga desa Legung Timur Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, terbilang unik. Mereka sangat akrab dengan pasir dalam aktivitasnya sehari-hari.
Tak hanya lantai rumah mereka yang beralas pasir, warga desa ini juga terbiasa tidur di atas pasir. Padahal, di kamar mereka ada kasurnya juga loh! Mereka menganggap tidur di aras pasir bisa lebih nyenyak dibanding tidur di kasur kapuk maupun spring bed.
Bukan hanya di Desa Legung, kebiasaan unik ini juga ada di dua desa lainnya yang masih berada di Kabupaten Sumenep yaitu Desa Legung Barat dan Desa Dapenda. Tidur di atas pasir sudah menjadi tradisi turun temurun yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Bahkan, kebanyakan anak di Desa Legung juga dilahirkan di atas pasir.
Bukan hanya di dalam rumah saja, masyarakat setempat juga menaruh pasirnya di halaman rumah dan tempat tertentu yang digunakan untuk bersantai bersama keluarga dan tetangga.
Tapi, pasirnya bukan sembarang pasir loh. Pasir yang diambil dari sekitar Pantai Lombang itu tidak lengket di kulit meski tubuh warga dalam keadaan basah. Butiran pasir tersebut memiliki kristal pasir yant sangat halus, bersih mengkilap, dan memiliki warna putih gading.
Nah, keren-keren kan guys? Semoga di Indonesia makin banyak ya kampung unik dan menjadi destinasi wisata baru.