KRICOM - Hari Kamis, 14 Januari 2016, merupakan hari kelabu bagi Indonesia. Di hari itu, sebuah serangan teror terjadi di jantung ibu kota. Kala itu, sekitar pukul 10.39 WIB, warga yang tengah beraktivitas di sekitar persimpangan Sarinah, Jakarta Pusat dikejutkan oleh ledakan bom bunuh diri. Tubuh Ahmad Muhazan, pelaku bom bunuh diri tersebut hancur berantakan.
Selang beberapa detik kemudian, suara ledakan kembali membahana. Pelaku lainnya, Dian Juni Kurniadi, meledakkan sebuah bom yang dibawa menggunakan sepeda motor tepat di Pos Polisi Sarinah, tak jauh dari lokasi ledakan pertama. Ledakan tersebut menewaskan Dian dan dua orang warga sipil yang kebetulan berada dekat tempat kejadian. Sementara, seorang polisi mengalami luka parah.
Polisi segera berdatangan ke lokasi dan menutup ruas Jalan MH Thamrin dari kedua arah. Massa terlihat sudah berkerumun di tempat kejadian. Saat itulah, dari kerumunan muncul dua orang yang membawa ransel berisi bom dan menenteng senjata api.
Pelaku pertama, Afif alias Sunakim, langsung melepaskan tembakan. Kembali, warga sipil yang menjadi korban. Rais Karna, seorang petugas keamanan terkena tembakan di bagian kepalanya. Dirinya sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Sementara itu, Muhammad Ali, pelaku kedua masuk ke dalam Starbucks dan menembak dua orang warga negara asing, Tahar Amer Ouali seorang warga negara Kanada, serta Yohanes Antonius Maria, WN Belanda. Tahar tewas seketika, sementara Yohanes berhasil lolos dari maut setelah dirawat di rumah sakit.
Polisi kemudian mengepung kedua pelaku. Drama pengepungan selama kurang lebih 11 menit ini diwarnai baku tembak dan beberapa ledakan granat rakitan yang berakhir pada tewasnya Afif dan Muhammad Ali.
Aksi teror yang diketahui didalangi oleh ISIS ini memakan korban jiwa sebanyak delapan orang -empat di antaranya pelaku-, sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Sehari setelah teror berdarah tersebut, warga Jakarta menggelar aksi bertajuk 'Kami Tidak Takut'. Aksi yang bertempat di Sarinah tersebut diadakan untuk menyampaikan ungkapan bela sungkawa terhadap para korban sekaligus menyatakan bahwa warga tidak takut atas aksi keji dan pengecut yang dilakukan para teroris.
Tak cukup sampai di situ, para netizen juga beramai-ramai memasang tagar #KamiTidakTakut di berbagai platform media sosial, membuat tagar tersebut sempat menjadi trending topic selama beberapa waktu.