KRICOM - Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Muhammad Gatot Saptono alias Al Khaththath turut berkomentar soal adanya permintaan mahar politik Rp 40 miliar dari Partai Gerindra ke La Nyalla Mataliti.
Namun, komentar Al Khaththath justru dianggap membuka borok mereka sendiri. Menurut Pengamat politik Ray Rangkuti, dengan adanya tokoh 'Aksi Bela Islam' itu, sama saja menegaskan bahwa isu politisasi SARA di Pilkada DKI beberapa waktu lalu bukanlah isapan jempol belaka.
"Artinya yang disinyalir di DKI Jakarta dengan isu SARA itu bukanlah sinyalmen kosong. Satu persatu terungkap karena terjadi masalah di antara mereka sendiri," kata Ray saat dihubungi Kricom di Jakarta, Sabtu (13/1/2018).
Ray menambahkan, hubungan antara Al Khatththat dengan sekutu Partai Gerindra bisa membuat aktor dibalik isu SARA semakin menguat.
"Pengakuan itu membuktikan sepenuhnya bahwa isu SARA bukan omong kosong. Dan satu persatu malah diungkap mereka sendiri. Bahwa ada partai politik dan ormas agama yang selalu menyudutkan orang lain sebagai kafir. Ada aksi-aksi besar untuk kepentingan itu dilakukan. Mau berkelit seperti apa justru mereka malah mengakui itu," ujar Direktur Lingkar Madani Indonesia ini.
Ray yakin, isu SARA itu sudah terencana dengan baik dalam rangka kepentingan politik.
"Itu bukan atas politik yang mau dicapai. Kemarin itu menjelaskan bahwa isu SARA terencana," tutupnya.
Sekadar informasi, Al Khaththath ikut hadir saat La Nyalla Mattalitti menggelar jumpa pers yang berisi pengakuan dimintai duit oleh Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
"Kami prihatin kasus yang dihadapi oleh La Nyalla," tuturnya.
Menurutnya, terdapat lima kader atau alumni 212 yang direkomendasikan untuk diusung pada pilkada tahun ini, termasuk La Nyalla. Rekomendasi itu diserahkan kepada Gerindra, PAN, dan PKS.
"Beberapa nama yang kami ajukan kepada pimpinan partai agar kader dari aksi 212 itu bisa diberikan rekomendasi khusus," kata Al Khaththath.