KRICOM - Pergantian di posisi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mendapatkan sorotan luas dari berbagai kalangan. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump terlihat ingin membentengi dirinya dengan tokoh-tokoh yang bisa ia percaya.
Penunjukkan Mike Pompeo untuk menggantikan Rex Tillerson bukanlah sebuah kejutan. Pasalnya, Pompeo yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Agensi Intelijen Pusat AS (CIA) adalah tokoh yang memiliki pemikiran hampir serupa dengan Trump.
Menurut data yang dirilis The Guardian, Mike Pompeo adalah seorang purnawirawan tentara AS, pebisnis, dan mantan anggota kongres yang dikenal sebagai sosok yang konservatif. Ia sempat duduk di kursi Kongres AS pada tahun 2010.
Pompeo lulus dari Akademi Militer AS di West Point dan juga sempat menimba ilmu di Universitas Harvard. Sebagai seorang anggota komite intelijen, Pompeo dikenal sebagai salah satu sosok yang kerap melontarkan kritik terhadap kebijakan luar negeri Presiden ke-44 Barack Obama.
Dirinya pernah mengkritik keras pemerintah AS yang sempat akan menghapus taktik interogasi 'waterboarding' terhadap para terduga teroris. Menurutnya, taktik interogasi yang kerap digunakan CIA tersebut adalah legal dan bukan termasuk sebuah penyiksaan. Ia bahkan memuji para anggota militer yang melakukan taktik tersebut.
"Mereka bukanlah penyiksa, mereka adalah patriot. Program ini digunakan sesuai dengan hukum yang berlaku, sesuai dengan konstitusi," ujar Pompeo saat berbicara di depan anggota senat pada tahun 2014.
Pria berusia 54 tahun tersebut juga dikenal sebagai salah satu pendukung Trump. Atas 'kesetiaannya' tersebut, Trump menyebut dirinya dan Pompeo kerap berpikir dalam satu frekuensi.
"Saya telah bekerja lama bersama Mike Pompeo. Ia memiliki energi dan kecerdasan yang tinggi, kami selalu berada di frekuensi yang sama," ujar Trump saat dirinya akan meninggalkan Washington untuk menuju California, Selasa (13/3/2018).
Seperti dikabarkan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mencopot Rex Tillerson dari jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri dan menggantinya dengan Mike Pompeo. Pergantian tersebut menguak fakta yang menyebut dirinya tak akur dengan Tillerson, khususnya dalam hal kebijakan-kebijakan luar negeri.