KRICOM - Pendiri Presidium Alumni 212, Faizal Assegaf menolak rencana pengerahan massa untuk penjemputan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Syihab. Pasalnya, penjemputan tersebut rentang dengan kegaduhan.
"Kalau Habib Rizieq mau datang, ya datang saja. Kan pergi juga tidak minta pendapat publik dan di antar jutaan orang. Masa mau datang harus mobilisasi orang ke bandara? Ini harus dilihat jernih," kata Faizal saat acara diskusi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu (17/2/2018).
"Kalau pilihannya datang dengan tujuan menciptakan kegaduhan, saya pribadi dengan kawan-kawan di Presidium yang masih berkomitmen pada gerakan awal, yakni 212 super damai, kami akan berdiri di garis terdepan memberikan perlawanan karena tujuannya mengacaukan kehidupan berbangsa," lanjutnya.
Faizal pun tak terima bila umat 212 diidentikkan dengan kegiatan-kegiatan yang membawa kegaduhan. Dia menegaskan jika Presidium Alumni 212 punya prinsip soal 'super damai'.
"Prinsip Alumni 212 itu sederhana sebenarnya, satu gerakan yang berkomitmen dan berpijak pada satu kata kunci, yakni super damai. Kalau ciri-ciri gerakan jalanannya yaitu rumput saja tidak diinjak, tidak ada kekerasan, tidak ada kerusakan. Belakangan ini kan Presidium 212 yang dibentuk pada April 2017 yang saya sendiri memberi namanya, kemudian mengalami perpecahan," ujar Faizal.
"Ada tiga kelompok di sana yang dari Presidium 212. Ada Garda 212, dan belakangan lahir lagi Persaudaraan 212 dari grup FPI. Semua berasal dari Presidium 212," sambungnya.
Soal kepulangan Habib Rizieq, Faizal mendapatkan kabar terakhir sang Habib tengah melakukan istikharah.
"Habib Rizieq itu dengan kawan-kawan kubu sana sudah mengatakan menunggu keputusan istikharah. Istikharah ini kan meminta petunjuk dari Tuhan, dari Allah. Tidak mungkin Tuhan memberi petunjuk yang memberi pintu masuk terhadap kekacauan bersosial, kekacauan umat," lanjut Faizal.