KRICOM - Karier politik Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo diprediksi akan habis pasca dirinya pensiun dari militer. Pasalnya, dia tak lagi memiliki 'kendaraan' untuk melakukan sejumlah manuver.
Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik Ray Rangkuti. Sebab kalau dilihat dari sejarah yang ada, mantan Panglima TNI bak ditelan bumi setelah pensiun.
"Tradisinya sih kalau dia sudah tak jabat Panglima, nasibnya ya hilang gitu aja. Saya enggak tahu kalau Gatot. Biasanya kalau sudah tak menjabat akan hilang begitu," kata Ray saat dihubungi Kricom.id di Jakarta, Kamis (7/12/2017).
Kejadian seperti ini pernah dialami mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Moeldoko, Laksamana Agus Suhartono hingga Jenderal Djoko Santoso.
Dengan begitu, kondisi serupa bisa saja dialami Gatot Nurmantyo. Karena selama ini, dia mempunyai dukungan dari masyarakat karena mengemban jabatan sebagai panglima.
"Sekarang setelah dia tak Panglima apakah dia masih mampu meraih dukungan publik? Lagipula saat dia jadi Panglima keuntungan cuma 2-3 persen saja," sindir Direktur Lingkar Madani Indonesia ini.
Ray menyarankan agar Gatot segera mencari media untuk menjaga elektabilitasnya, baik itu menggunakan partai atau kelompok masyarakat.
"Dia pakai media apa untuk terus jaga stabilitas popularitas, kalau kemarin kan jadi panglima. Soal parpol mana, itu urusan dia," tutup Ray.
Jenderal bintang empat ini diprediksi akan meramaikan bursa politik saat Pilpres 2019. Lembaga survei Indo Barometer menyebut kalau elektabilitas Gatot hanya berbanding tipis dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) apabila menjabat sebagai calon wakil presiden Jokowi.
AHY memiliki elektabilitas 17,1 persen, sementara posisi kedua ditempel Jenderal Gatot Nurmantyo dengan 15,9 persen. Lalu ada Pak Ridwan Kamil 9,5 persen, dilanjut eks Panglima TNI Moeldoko 3,0 persen