KRICOM - Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) menilai rencana Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang berencana menggelar acara Natal bersama di Lapangan Silang Monas kental aroma politis. Salah satunya adalah pemilihan lokasi yang dinilai tak tepat.
Menurut Juru Bicara PGI Jeiry Sumapuow, belakangan ini Monas memang selalu dijadikan lokasi politik keagamaan seperti 212 dan reuni akbar 212.
"Kita tahu sejak lama kegiatan keagamaan di sana yang dilakukan oleh kelompok Muslim tertentu itu nuansa politiknya sangat kuat, termasuk reuni 212," kata Jeiry kepada Kricom.id di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Hal itulah yang membuat resistensi PGI terhadap kegiatan itu muncul. Apalagi, Anies mengklaim akan mengundang belasan ribu umat Kristen.
"Kalau ada pengerahan massa dalam jumlah besar, nuansa politiknya akan lebih menonjol ketimbang substansi penghayatan keagamaan itu sendiri," tuturnya.
Jika rencana Anies tersebut terealisasi dalam jumlah umat yang besar, ia justru khawatir jika maksa perayaan Natas sesungguhnya bakal terabaikan. Umat Kristen diprediksi bakal tak konsentrasi untuk beribadah.
"Saya rasa yang akan menonjol itu adalah perayaan itu sendiri, tapi bukan substansi penghayatan. Meskipun penghayatan itu sangat tergantung individual, suasana justru berpengaruh terhadap lingkungan," ungkapnya.
Sebelum rencana tersebut mencuat ke publik, ia mengaku tak ada pembicaraan sama sekali antara Pemprov DKI dengan dirinya, ataupun dengan umat Kristen lainnya.
"Ini kan sebelumnya tanpa percakapan dengan kami. Sehingga bisa menjadi liar. Kami cenderung tak begitu oke dengan gagasan yang dikembangkan," tutup Jeiry.
Pemprov DKI Jakarta dipastikan menggelar perayaan Hari Natal bersama tahun ini di Lapangan Silang Monas. Pemerintah rencananya bakal mengundang sekitar 12 ribu jemaat dari berbagai tempat dengan tujuan untuk mempersatukan warga Jakarta.