KRICOM - Ngomongin soal kuliner, Jakarta memang enggak ada habisnya. Kota metropolitan bagai surga bagi para pecinta makan. Spot-spot wisata kulinernya pun tersebar di berbagai wilayah.
Dari kuliner khas Jakarta asli sampai yang berasal dari luar negeri. Juga mulai makanan berat hingga camilan lezat, semuanya ada. Pokoknya lengkap deh!
Tapi, di antara seabreg tempat wisata kuliner tersebut, tahukah kamu ada beberapa tempat yang sudah eksis dari zaman dahulu kala? Bahkan, ada yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan loh!
Yuk, kita kupas satu-satu tempat kuliner yang sudah eksis di ibu kota sejak zaman baheula ini.
1. Koffie Warung Tinggi
Foto: opco-indonesia.com
Tempat ini bisa dibilang merupakan kedai kopi tertua di Jakarta. Berawal pada tahun 1878, seorang warga bernama Liauw Tek Soen mendirikan sebuah toko kecil di bilangan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat yang menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari.
Liauw Tek Soen kemudian membeli biji kopi dan memanggangnya menggunakan penggorengan kecil. Kopi olahannya tersebut kemudian dijual ke tetangga dan orang-orang terdekat saja. Rupanya, mereka menyukai kopi bikinan Tek Soen.
Hal itu membuat Tek Soen memutuskan untuk banting setir. Pada tahun 1927, beliau menyulap warung kecilnya menjadi kedai kopi. Bisnis kopinya terus berkembang. Koffie Warung Tinggi tak lagi hanya sekadar kedai kecil, tapi juga menjadi eksportir kopi ke luar negeri.
Kini, usaha Koffie Warung Tinggi dikelola oleh generasi kelima dari Liauw Tek Soen. Mereka masih bertahan di tengah gempuran kedai-kedai kopi baru yang beberapa tahun belakangan kian menjamur di ibu kota.
Lalu, bagaimana dengan menunya? Selain bermacam-macam racikan kopi, coffe shop ini juga menjajakan camilan seperti kue cubit, bitterballen, martabak, serta makanan berat seperti nasi goreng, soto, dan lain-lain.
2. Roti Tan Ek Tjoan
Foto: infojakarta.net
Jangan ngaku penggemar roti kalau enggak kenal Tan Ek Tjoan. Roti legendaris ini sudah ada sejak tahun 1921. Mungkin bisa dibilang, Tan Ek Tjoan adalah brand roti tertua di Jakarta saat ini.
Meskipun memproduksi roti dengan bermacam-macam rasa, roti gambang merupakan ikon yang sudah melekat dengan brand Tan Ek Tjoan. Soal rasa, enggak kalah deh sama roti-roti yang biasa kamu beli di mall.
Sempat menjadi raja roti di Jakarta, ternyata roti Tan Ek Tjoan berasal dari Bogor loh. Tan Ek Tjoan sendiri merupakan nama dari pendiri toko roti tersebut. Ketika itu, roti bikinannya laku keras, terutama di kalangan warga keturunan Belanda yang tinggal di Bogor.
Sejak Tan Ek Tjoan meninggal pada tahun 1950, bisnis rotinya dilanjutkan oleh sang istri, Phia Lin Nio. Di tangan Phia Lin Nio, roti Tan Ek Tjoan berekspansi ke Jakarta dengan membuka cabang di Cikini, Jakarta Pusat.
Namun sayang, toko dan pabrik Tan Ek Tjoan di Cikini sekarang sudah ditutup dan pindah ke Ciputat. Tapi jangan khawatir, di sekitaran Cikini masih ada gerobak Tan Ek Tjoan yang berjualan kok.
3. Roti Lauw
Foto: diaryofhangout.blogspot.co.id
Nah, roti yang satu ini enggak kalah legendaris sama Tan Ek Tjoan guys. Konon, roti Lauw sudah ada sejak tahun 1940.
Mirip dengan Tan Ek Tjoan, roti Lauw dijajakan menggunakan gerobak keliling, selain tentunya bisa dibeli di toko yang berlokasi di Gondangdia dan Fatmawati. Kamu juga bisa membeli roti Lauw di pabrik besarnya di Pulo Gadung.
Hebatnya, setelah puluhan tahun memproduksi roti, Lauw sukses mempertahankan rasa dan tekstur ala roti tempo doeloe yang menjadi ciri khasnya. Seperti Tan Ek Tjoan, cita rasa roti tradisional menjadi senjata Lauw dalam bersaing dengan roti-roti modern.
4. Es Krim Ragusa
Foto: www.tribunnews.com
Buat para penggemar es krim ibu kota, pasti nama yang satu ini udah enggak asing lagi di telinga kalian. Apalagi kalau bukan es krim Ragusa?
Terbuat dari bahan susu sapi murni berkualitas, es krim buatan Ragusa terkenal dengan kelembutan teksturnya. Enggak cuma itu, bahannya dibuat tanpa pengawet. Udah enak, sehat lagi.
Es krim Ragusa menawarkan variasi rasa yang beragam. Dari mulai coklat, vanilla, mocca, nougat, dan beberapa kombinasi rasa lainnya.
Namun, bukan cuma rasa yang jadi senjata andalan bagi es krim Ragusa. Nuansa klasik yang kental begitu kita memasuki kedai yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta Pusat tersebut menjadi keunikan juga daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Makanan ala Italia ini pertama kali dikenalkan kepada masyarakat Jakarta oleh duo kakak-beradik, Vincenzo dan Luigi Ragusa tahun 1932 di sebuah acara tahunan yang disebut Pasar Gambir. Baru pada tahun 1947, Vincenzo dan Luigi membuka kedai di Jalan Veteran.
Pada tahun 1977, kakak beradik Ragusa kembali ke Italia dan menyerahkan usaha es krimnya kepada suami istri Buntoro Kurniawan-Sias Mawarni.
Di tangan Buntoro-Sias, kedai es krim Ragusa berkembang hingga memiliki 20 outlet di Jakarta. Namun sayang, sebagian besar toko mereka hancur saat peristiwa kerusuhan Mei 1998. Kini, hanya tersisa tiga toko es krim Ragusa, yakni di Jalan Veteran, Duta Merlin, dan Kemayoran.
5. Restoran Trio
Foto: www.efenerr.com
Dari luar, Restoran Trio tampak sederhana. Cat warna hijau yang membalur dinding luarnya tampak kusam dimakan zaman. tentu saja pemandangan ini menggambarkan usia restoran yang terletak di Gondangdia, Jakarta Pusat ini sudah tua.
Ketika masuk ke dalam, kita serasa pergi ke masa lalu naik mesin waktu. Perabotan-perabotan seperti meja, kursi, dan lemari tua yang entah sudah berapa puluh tahun umurnya menjadi penghuni tetap ruangan rumah makan ini. Tembang lawas yang kerap diputar pemilik restoran semakin memperkental aroma nostalgia jika kita berkunjung ke sini.
Atmosfer kuno yang menghiasi Restoran Trio bukan cuma dekorasi semata. Rumah makan seluas 60 meter persegi ini memang sudah berdiri sejak tahun 1947. Wow, hampir seumur kemerdekaan Indonesia ya.
Restoran Trio ini merupakan rumah makan spesialis chinese food, tepatnya makanan khas Canton. Di dalam daftar menu, terdapat ratusan jenis makanan yang dituliskan dalam dua bahasa, yakni Indonesia dan Mandarin.
Di antara pilihan menu tersebut, ada beberapa item yang haram bagi kaum muslim. Jadi, kalau sobat-sobat muslimin dan muslimah berkunjung ke sini, hati-hati ya, jangan sampai salah pesan, hehehe.
Bangunannya boleh tua, tapi jangan tanya soal pengunjungnya. Enggak kalah ramai loh sama tempat kulineran masa kini. Keramahan pemilik dan pelayan restoran, hingga kelezatan masakan yang konsisten dipertahankan sejak dulu kala membuat pelanggan tetap restoran ini enggak pernah ragu untuk kembali lagi.
6. Bakmi Gang Kelinci
Foto: www.bakmigangkelinci.com
Di Jakarta, ada banyak banget penjual bakmi. Dari gerobakan sampai kelas restoran. Dari yang halal sampai yang mengandung babi, semuanya ada. Tapi, bicara bakmi, tentu enggak bisa lepas dari Bakmi Gang Kelinci.
Bakmi Gang Kelinci ini merupakan salah satu contoh usaha sukses yang dirintis benar-benar dari nol. Gimana enggak, bakmi yang berawal dari sebuah gerobak sederhana di bilangan Pasar Baru, Jakarta Pusat ini sekarang telah berkembang menjadi restoran yang memiliki belasan cabang yang tersebar di beberapa lokasi di ibu kota.
Didirikan tahun 1957 oleh Bapak Hadi Sukiman, Bakmi Gang Kelinci masih memiliki banyak pelanggan setia hingga sekarang. Enggak cuma rasa dan teksturnya yang khas, Bakmi Gang Kelinci terkenal dengan porsinya yang banyak, sesuai dengan motto yang digaungkannya, "Enak, Murah, dan Banyak".
7. Bakmi GM
Foto: www.malserpong.com
Restoran bakmi yang satu ini juga enggak kalah hebat. Jika Bakmi Gang Kelinci berawal dari gerobak, maka Bakmi GM dimulai dari usaha bakmi rumahan.
Bakmi GM dirintis oleh pasangan suami istri Bapak Tjhai Sioe dan Ibu Loei Kwai Fong pada tahun 1959. Kelezatan bakmi racikan pasutri ini disukai banyak orang. Warung pinggir jalan yang cuma memiliki beberapa meja tersebut sering kali dijejali antrean pengunjung.
Seiring berjalannya waktu, Bakmi GM terus berkembang menjadi restoran besar. Kini, terdapat puluhan cabang Bakmi GM yang tak hanya ada di Jakarta dan sekitarnya, tapi juga menyebar ke kota-kota lain seperti Bandung dan Surabaya.
Demikian tujuh di antara sekian banyak usaha kuliner di Jakarta yang sudah bertahan selama puluhan tahun. Kehadiran mereka di tengah maraknya tempat-tempat makan modern telah memberi warna tersendiri bagi dunia wisata kuliner ibu kota, bahkan Indonesia.