KRICOM - Memasuki tahun 2018, pemerintahan Jakarta di era Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dihadapkan dengan permasalahan gizi buruk. Setidaknya, ada 34 anak yang mengalami gizi buruk di Jakarta Utara.
Namun demikian, angka tersebut terbilang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapat 194 orang.
"Asupan gizinya kurang, makanannya kurang. Gizi buruk yang sebelumnya 194, sekarang tinggal 34 orang yang ada di setiap kecamatan. Terakhir ini di Cilincing tinggal 9 orang," kata Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Utara, M Helmi kepada wartawan di Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Helmi mengatakan, pihak Pemprov DKI telah berupaya untuk menanggulangi gizi buruk tersebut. Dia optimis angka gizi buruk akan segera turun.
"Sejak awal, penanganan gizi buruk tetap dilakukan Pemprov," sebutnya.
Helmi mengaku terus menambah sumber daya manusia untuk membantu menanggulangi masalah itu di Jakarta. Dia mengatakan, Pemprov DKI tetap menyediakan layanan ketuk pintu untuk merawat anak-anak yang bergizi buruk.
"Penanganan itu ada dua. Intervensi spesifik dan Intervensi sensitif. Spesifik itu lebih banyak didominasi oleh jajaran kesehatan perekrutan tenaga ahli gizi sampai Puskemas dan kelurahan supaya bisa mendeteksi sejak dini. Kedua dengan adanya tim yang mendata kesehatan dari rumah ke rumah," paparnya.
Kepada penderita gizi buruk, lanjutnya, pihaknya meminta adanya fase pemulihan selama 90 hari yang dilakukan di setiap posyandu.
"Kalau gizinya kurang diberi tambahan makanan berupa formula, minimal 90 hari pemulihan," tutupnya.