KRICOM - Perdebatan soal penggantian nama Jalan Warung Buncit Raya masih terus menjadi perdebatan. Pasalnya, penggantian nama tersebut tak hanya menimbulkan dampak finansial dan politik, tetapi juga sosiologis.
Menurut pengamat kebijakan publik, Trubus Rahadiansyah, nama Warung Buncit dan Mampang Prapatan memiliki kedekatan dengan aspek sosiologis masyarakat Betawi setempat. Karena itu menurut dia, penggantian nama jalan di kawasan tersebut, meskipun menggunakan nama pahlawan Jenderal AH Nasution, dinilai kurang tepat.
"Karena nanti yang pro dan kontra akan bentrok," kata Trubus kepada Kricom di Jakarta, Jumat (2/2/2018).
Trubus memaparkan, kedekatan sosiologis tersebut kemungkinan besar juga akan memantik ketidaksukaan dari warga asli setempat. Bahkan ia memprediksi, warga asli Betawi di sekitar kawasan tersebut tak akan ragu untuk mempertahankan nama jalan apabila keputusan penggantian nama dirasa tidak sesuai.
''Sementara, keluarga Nasution kan minta. Bisa terjadi benturan," tambah dia.
Trubus juga merasa keluarga Jenderal AH Nasution masih memiliki pengaruh yang besar sampai saat ini. "Nanti militer dan masyatakat bisa benturan. Meskipun hanya persoalan nama jalan,"
"Jadi enggak semudah membalikkan telapak tangan. Enggak bisa main ganti saja," tambah Dosen Universitas Trisakti ini.
Apabila Pemerintah Provinsi DKI nekat memaksa untuk mengganti nama jalan, maka masyarakat tak akan ragu untuk protes. Trubus mencontohkannya dengan konflik penataan PKL Tanah Abang yang masih panas hingga kini.
"Sopir angkot saja masih demo sampai sekarang," tutup dia.