KRICOM - Isu bakal terjadinya kehebohan jika Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab pulang ke tanah air dinilai berlebihan. Pasalnya, pria berdarah Arab itu hanya seujung kuku di panggung politik nasional alias tak ada apa-apanya di kalangan suara umat Islam.
Menurut pengamat politik Ray Rangkuti, Rizieq hanya mampu mengendalikan suara kelompoknya sendiri, seperti 212 dan FPI. Terlalu jauh untuk bisa menentukan suara umat Islam di seluruh Indonesia.
"Sebenarnya pendukung Habib Rizieq cs di sini ya cuma itu-itu aja. Jadi dia pulang atau tetap di sana (Arab Saudi) ya pemilihnya segitu-gitu aja," kata Ray kepada Kricom di Jakarta, Minggu (28/1/2018).
Selain itu, banyak umat Islam di Indonesia yang tak suka dengan cara berpolitik Rizieq yang cenderung frontal dan menebar SARA.
"Enggak lebih dari itu. Cuman kalau mungkin pulang, bertemu lagi dengan kelompoknya, mereka semangat lagi, ya itu saja efeknya," papar Direktur Lingkar Madani Indonesia ini.
Malahan, Ray sangat khawatir jika tersangka kasus pornografi ini pulang ke Indonesia. Sebab, ada kemungkinan isu berbau agama seperti di Pilkada DKI akan dipakai Rizieq untuk membuat hancur negara ini.
"Kalau ada momentumnya untuk menggunakan agama, ya bisa seperti kasus DKI Jakarta. Tapi pada tingkat tertentu menurut saya mulai ada kesadaran bahwa cara politik di Jakarta itu sangat membahayakan bangsa ini," paparnya.
Oleh sebab itu, negara harus bersikap keras terhadap kelompok yang kerap menggunakan isu agama dalam politik seperti Habib Rizieq cs.
"Negara harus tegas terhadap kelompok yang menggunakan praktik politik seperti di pilkada DKI lalu," tutupnya.
Persaudaraan Alumni 212 meminta Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab untuk segera pulang ke tanah air.
Diprediksi, tersangka kasus dugaan penyebaran konten porno ini akan menginjakkan kaki di tanah air pada 21 Februari 2018 mendatang.
Advokat Eggie Sudjana meminta agar pemerintah tak menghalang-halangi niatan mereka yang ingin menyambut kedatangan sang Habib.