Kricom - Akhir-akhir ini lagi heboh anak SD tawuran karena terlibat cinta segitiga? Kaget gak, lo!
Tingkah anak zaman sekarang memang sering membuat kita mengerutkan dahi. Bagaimana tidak? Netizen sering dihebohkan dengan tingkah laku anak SD yang gaya berpacarannya sudah seperti orang dewasa lalu men-share di media sosial. Maka tidak heran kalau anak zaman sekarang menjadi sorotan atau bahkan menjadi trending topik. Mereka seringkali tidak memikirkan apa dampak yang bisa ditimbulkan ketika men-share sesuatu yang tidak sepantasnya dibagikan.
Mereka lahir ketika teknologi internet berkembang sangat pesat. Mereka juga tumbuh di saat lingkungan terdekatnya sudah sangat akrab dengan dunia digital. Jadi tidak heran jika mereka sangat fasih menggunakan media digital. Namun, tahu cara menggunakan media digital pun ternyata tidak cukup. Dibutuhkan pengetahuan yang cukup serta peran orangtua dan lingkungan untuk tetap mendampingi dan mengawasi si anak.
Perkembangan media digital yang pesat dan tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup menjadi salah satu penyebab dari banyaknya kasus yang menjerat ‘kids zaman now’ di dunia digital. Oleh karena itu, pendidikan tentang bagaimana menggunakan media secara bijak oleh para remaja adalah hal yang harus menjadi perhatian oleh berbagai pihak, terutama lingkungan primer si anak berada, yaitu keluarga.
Netiket (Internet Etiket) merupakan salah satu konsep bagaimana kita bijak dalam menggunakan media sosial dengan baik. Salah satu contoh yang bisa diambil dari konsep Netiket adalah ketika kita berkomunikasi dengan orang lain melalui Internet. Kita tidak boleh menggunakan ‘capslock’ karena itu dapat diartikan kita meninggikan suara ketika berbicara dengan orang lain secara langsung.
Lalu apa hubungannya kids zaman now dengan netiket? Kids zaman now adalah tingkah laku anak zaman sekarang yang seringkali bikin kita pengen cubit pipinya karena gemas dengan kelakuan mereka. Sedangkan Netiket adalah panduan dalam menggunakan media internet secara bijak.
Berikut adalah contoh bagaimana panduan Netiket untuk kids zaman now. Yang pertama, kids zaman now memang sudah banyak yang berpacaran dan seringkali mereka membagi hal privasi dengan pacar termasuk password akun media sosial atau membagi data pribadi lainnya. Padahal sangat berbahaya jika data pribadi kita tersebar luas karena disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, kids zaman now harus bisa membedakan informasi mana yang boleh di bagi dan informasi mana yang tidak boleh disebarkan.
Yang kedua, kids zaman now acapkali beralasan punya kebebasan berbicara saat berpendapat di media sosial. Padahal, batas hak pribadi diri kita adalah ketika hak kita sudah tergesek dengan hak orang lain. Itulah pentingnya kita menghargai orang lain, sama halnya seperti kita menghargai orang lain secara langsung.
Yang ketiga, dalam era keterbukaan komunikasi, bukan berarti seseorang bisa semakin terbuka dengan orang lain saat berkomunikasi di media digital. Jika ada yang bilang bahwa internet mendekatkan orang yang jauh dan menjauhkan orang terdekat, itu memang benar adanya, seperti kids zaman now yang lebih banyak berbincang melalui media sosial ketimbang berbicara langsung dengan orang lain.
Bahkan ketika meminta maaf pun mereka lebih memilih menyampaikannya secara online di media sosial daripada meminta maaf secara langsung. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dengan cara mendampingi dan mengawasi penggunaan internet bagi si anak. Alangkah baiknya memperbanyak berbicara dan mengobrol secara langsung ketimbang melalui media sosial.
Netiket juga menjadi alasan bagi mahasiswa fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila (Fikom UP) menyelenggarakan pengabdian masyarakat sebagai bagian dari tugas akhir. Kegiatan ini mengambil tema ‘Netiket Goes to School’ yang terkait dengan perilakun anak zaman sekarang yang kurang memperhatikan apa yang mereka posting dalam bersosial media. Target dari penyuluhan literasi media digital ini adalah anak SD kelas 6 dan anak SMA kelas 12.
Fikom UP berharap dengan adanya literasi media digital untuk anak SD kelas 6 adalah mereka tahu bagaimana cara mengakses internet dengan baik dan memilah konten mana yang baik dan buruk.
Sementara siswa SMA kelas 12 sudah mengetahui bagaimana cara menggunakan sosial media dan internet, namun mereka masih kurang aware terhadap bahayanya hate speech di sosial media dan pentingnya bagaimana beretika dalam bersosial media. Mereka belum menyadari bahwa yang mereka tulis bisa menjadi penyebab masalah kesehatan mental orang lain di sosial media, seperti terjadinya bullying, cemas berlebihan (Anxiety) atau bahkan bahkan bunuh diri. Serem gak sih!
So, words can be deadly. It’s not a game. Think. Then type.
(Faiz Sutdrazat)