KRICOM - Beberapa pedagang yang berdagang di Jalan Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat rupanya geram dengan kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang memberbolehkan Jalan tersebut untuk dijadikan lahan Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan.
Mereka yang geram itu, ialah pedagang yang berdagang di kios-kios sepanjang Jalan Jati Baru. Pasalnya, dengan kebijakan itu membuat lahan mereka berjualan menjadi terhalangi. Alhasil omzet mereka pun menurun drastis.
Salah satunya, dialami Dewi yang menjajakan minuman ringan di kawasan itu. Kepada Kricom.Id, wanita yang telah berjualan selama lima tahun di kawasan itu menyebut kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sama saja membunuh rakyat kecil secara perlahan.
"Ini mah sama aja bunuh kita pelan-pelan. Di manapun mana ada coba jalanan dipakai buat dagang kaya gini," ujar Dewi dengan nada geram, Jumat (5/1/2018).
Bahkan, wanita asli Jakarta itu dengan tegas menyebut Gubernur DKI Jakarta terdahulu yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) jauh lebih baik daripada Anies dan wakilnya Sandiaga Uno.
Kata dia, sewaktu zaman Ahok, meskipun dirinya berdagang di bahu jalan, namun tetap diperbolehkan asalkan tak melewati batas berwarna kuning.
Garis yang dimaksud ialah keramik berwarna kuning yang berada di bahu jalan. Garis itu sebagai tanda bagi pedagang untuk diperbolehkan berjualan. "Dulu pas zaman Ahok yang penting enggak lewat garis kuning kita boleh dagang," kata dia.
Dewi menambahkan, dengan tertutupnya lapak dia berjualan dengan tenda-tenda PKL, berimbas pada anjloknya omzet. Kata dia, sekarang ini untuk mendapatkan Rp 100 ribu dalam sehari sangat sulit.
"Dulu bisa dapet Rp 300 sampai Rp 400, sekarang mah paling cuma Rp 50 ribu aja," tuturnya.
Hal senada disampaikan Wati yang berdagang pakaian di sebelah lapak milik Dewi. Meski tak menjelaskan secara detail berapa merosotnya omzet dalam sehari, namun wanita berkerudung ini mengakui bila omzetnya menurun.
"Ya kalau dibilang menurun mah menurun. Gimana enggak menurun orang dagangan kita ketutupan begini," ungkapnya.