KRIMINALITAS.COM, Jakarta Menanggapi banyaknya reaksi negatif akan diselenggarakannya Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965, Luhut Binsar Panjaitan, Menko Polhukam mengatakan bahwa Indonesia harus jadi bangsa yang berani mengakui sejarahnya.
Banyak reaksi yang menyebut acara symposium ini dipengaruhi PKI. Tapi saya katakan sekali lagi, harus jernih melihat ini. Kita bangsa besar harus berani mengakui sejarah, kata Luhut dalam sambutan pembukaannya di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/3).
Baca juga:Front Pancasila Tuntut Simposium Tragedi 65 Dibubarkan
Tujuan diselenggarakannya acara ini, Luhut mengatakan, adalah bisa menghasilkan rekonsiliasi kasus pelanggaran HAM masa lalu. Semua pengakuan saksi, korban maupun para pengamat yang datang bisa menjadi masukan untuk pemerintah.
Hasil symposium ini sangatlah penting. Saya pribadi ingin sekali menyelesaikan kasus pelanggran HAM ini, katanya.
Acara yang diselenggarakan sejak pukul 09.00 pagi tadi dibagi menjadi empat sesi diskusi yang akan berlangsung sampai pukul 19.00 nanti. Selain dihadiri oleh para penyintas eks korban tragedi G30s/PKI, acara ini juga menghadirkan Mendagri Tjahyo Kumolo, Kapolri Jenderal Badroddin Haiti, Gubernur Lemhanas Agus Widjojo, Tokoh Masyarakat Buya Syafii Maarif, Romo Franz Magnis Suseno dan Pengamat Salim Said.