KRICOM - Ketegangan antara Korea Utara (Korut) dengan Amerika Serikat semakin meruncing setelah Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS. Bahkan, Korut mengancam akan menyerang Amerika dengan bom nuklir.
Korut merupakan salah satu negara yang giat mengembangkan senjata nuklir. Tercatat, sudah enam kali Korut melakukan uji coba nuklir pascamemutuskan untuk mundur dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada tahun 2003.
1. Uji Coba Perdana
Pada 9 Oktober 2006, Korea Utara mengklaim uji coba nuklir pertamanya berjalan dengan sukses. Pada uji coba yang digelar di fasilitas uji nuklir Punggye-ri, bom nuklir berkekuatan ledak sekitar 1 kiloton berhasil diledakkan di sebuah terowongan bawah tanah.
Hal ini memicu reaksi dari dunia internasional. Uji coba tersebut dikhawatirkan mengancam stabilitas internasional dan mencederai upaya mewujudkan dunia bebas senjata nuklir.
Pada 14 Oktober 2006, PBB menjatuhkan sanksi embargo militer terhadap Korea Utara. Tak hanya itu, Korut juga harus membekukan program nuklir mereka, sebagaimana tertuang dalam Resolusi PBB No. 1718.
Menanggapi berbagai reaksi tersebut, pemimpin Korut waktu itu, Kim Jong-il, meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan uji coba senjata nuklir lagi di kemudian hari.
2. Janji yang Tak Ditepati
Janji Kim Jong-il rupanya tidak bertahan lama. Pada 25 Mei 2009, Korut kembali melakukan uji coba nuklir bawah tanah. Uji coba ini dilakukan di tempat uji coba pertama.
Bom berdaya ledak 2,35 kiloton tersebut menyebabkan gempa seismik berkekuatan 4,7 SR di dekat lokasi uji coba. Getaran gempa itu terasa di Korea Selatan, Cina, dan Jepang.
Dunia mengecam aksi Korut tersebut. PBB melalui Resolusi 1874 kemudian menghukum negara komunis itu dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan komersial dengan membatasi perdagangan internasional dari dan ke Korut.
3. Era Kim Jong-un
Pada 12 Februari 2013, Korut kembali melakukan uji coba nuklir di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Uji coba itu dilakukan di Punggye-ri.
Ledakan dalam uji coba kali ini lebih kuat dari sebelumnya. The Korea Institute of Geosciences and Mineral Resources memperkirakan, ledakan tersebut berkekuatan 7,8 kiloton.
Namun beberapa pihak menduga, bom dalam uji coba tersebut bukan senjata nuklir. Ini disebabkan tidak adanya radiasi yang terdeteksi pascauji coba.
Akibat kenekatan Korut, PBB menjatuhkan sanksi ekonomi baru, yaitu pemblokiran terhadap akses Korut ke perbankan internasional.
4. Bom Hidrogennya Diragukan
Meski dihujani kecaman dan sanksi, Korea Utara tetap getol mengembangkan senjata nuklirnya. Pada 6 Januari 2016, uji coba nuklir kembali dilakukan di tempat yang sama, yakni Punggye-ri.
Dalam uji coba tersebut, Korut mengklaim berhasil meledakkan sebuah bom hidrogen. Bom ini merupakan pengembangan dari bom atom yang memiliki daya ledak lebih besar. Ledakan tersebut menimbulkan gempa seismik yang terasa hingga ke Cina.
Namun, beberapa pakar internasional meragukan klaim tersebut. Menurut mereka, ledakan yang dihasilkan bom hidrogen seharusnya jauh lebih besar.
5. Semakin Kuat
Selang sembilan bulan, Korut kembali menjajal senjata nuklirnya. Pada 9 September 2016, Korut meledakkan bom yang berkekuatan 10-30 kiloton. Ini jauh lebih kuat dari uji coba sebelumnya.
Seperti berbagai tes sebelumnya, uji coba kali ini juga mendapat kecaman keras dari berbagai negara di dunia. PBB bahkan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi. Namun, Korut tetap bergeming.
6. Yang Terbesar, Terasa Sampai Indonesia
Di tengah tensi tinggi dengan Amerika Serikat, Korut kembali melakukan uji coba nuklir. Mereka mengklaim yang diuji cobakan kali ini adalah bom hidrogen berkekuatan besar yang dapat dijadikan sebagai hulu ledak rudal balistik antar benua.
Tes yang dilakukan pada 3 September 2017 tersebut menghasilkan daya ledak lebih dari 100 kiloton. Ini merupakan ledakan terbesar dalam uji coba nuklir yang pernah digelar Korut.
Akibat ledakan dahsyat itu, terjadi gempa seismik berkekuatan 6 SR. Getaran gempa tersebut dilaporkan terasa sampai ke wilayah Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Itulah enam uji coba nuklir yang pernah dilakukan Korut. Kita hanya bisa berharap senjata pembunuh massal yang mengerikan tersebut tidak sampai digunakan untuk menyerang negara lain.