Tumbangnya rezim Orde Baru pada era reformasi membawa angin segar pada dunia pers nasional. Majalah Tempo terbit kembali pada 6 Oktober 1998 setelah sebelumnya diberedel pemerintah sejak tahun 1994.
Majalah Tempo dikenal sebagai media independen yang berani mengkritik pemerintah dengan kata-kata pedas. Pemberedelan tahun 1994 bukanlah yang pertama kali dialami media cetak yang didirikan pada tahun 1971 ini.
Pada tahun 1982, Tempo memberitakan kampanye Partai Golkar yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene diusung oleh Golkar, tidak menyukai pemberitaan tersebut. Hal ini menyebabkan majalah besutan sastrawan Goenawan Mohamad ini ditutup selama dua minggu.
Tempo tidak henti-hentinya menghunjamkan kritik tajam kepada pemerintah. Puncaknya, pada tahun 1994, majalah ini dianggap terlalu keras mengkritik pembelian alutsista bekas dari Jerman Timur.
Tempo dinilai membahayakan stabilitas negara dan akhirnya kembali mengalami pemberedelan pada 21 Juni 1994. Pada masa itu, ada dua media lain yang juga dicekal pemerintah, yakni majalah Editor dan Detik.
Pemberedelan tiga media ini menuai reaksi keras dari berbagai kalangan. Di Jakarta, ratusan aktivis dan wartawan menggelar demonstrasi menuntut pembatalan pencabutan SIUPP Tempo, Editor, dan Detik. Demonstrasi terus digelar hari demi hari, hingga pada 27 Juni 1994, aksi massa dibubarkan secara paksa yang menyebabkan puluhan pendemo terluka akibat bentrok dengan aparat keamanan. Peristiwa ini kemudian mendorong terbentuknya Aliansi Jurnalis Independen (AJI), sebagai bentuk ketidakpuasan beberapa wartawan terhadap Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dituding berpihak pada pemerintah.
Pemberedelan tidak lantas membuat para wartawan Tempo menyerah begitu saja. Mereka bergerilya di internet dengan mendirikan situs Tempo Interaktif pada tahun 1996. Di dunia maya, pergerakan Tempo bisa lebih leluasa karena tidak tersentuh pengawasan pemerintah.
Kegigihan para jurnalis Tempo tidak sia-sia. Pada 1998, atas desakan rakyat, Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh BJ Habibie. Habibie kemudian mencabut pemberedelan terhadap Tempo dan mengizinkan majalah tersebut untuk terbit kembali.