KRIMINALITAS.COM, Jakarta - Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang dirayakan setiap 17 Agustus, semestinya dimaknai sebagai momen puncak merajut politik kebangsaan.
Benar saja, momentum itu terlihat dari kemesraan pertemuan antara Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarnoputri dan Presiden Indonesia keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Merdeka, Kamis (17/8/2017) lalu.
?"Sikap negarawan keduanya layak diapresiasi di tengah hubungan panas dingin yang kerap terjadi," ujar Pengamat Politik Adi Prayitno saat dihubungi Kricom, Minggu (20/8/2017).
?Pasalnya, ia menyebut pertemuan itu merupakan momen yang paling banyak ditunggu publik. Dimana keduanya mempertontonkan rajutan hati kebangsaan di hari kemerdekaan. Tak ada lagi konflik dan perselisihan.
Menurutnya, politik memang harus dimaknai sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, yakni tak perlu sampai harus menguras energi bangsa.
"Semoga kemesraan keduanya langgeng dan menjadi cikal bakal politik kita yang adem," harap Peneliti The Political Literacy Institute ini.
Terkait hal ini, ia menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo memiliki andil besar. Publik pun selayaknya memberi apresiasi kepada Jokowi lantaran mampu mempertemukan keduanya dalam satu momen sejarah yang cukup langka.
Kata dia, sosok Jokowi yang kalem dan lemah lembut menjadi ?kunci utama yang membuat semua elit yang selama ini bersitegang bisa duduk bersama dalam momen kemerdekaan?.
"Karena nyatanya, Jokowi menjadi magnet titik temu kedua elit yang kerap berseberangan sejak 2004 lalu itu," imbuhnya.
?Selain itu, konsep pakaian adat yang dipakai semua tamu undangan pada acara upacara kemerdekaan juga harus diapresiasi.
"?Karena itu sebagai penanda pluraslisme bangsa. Jokowi menggugah memori kita kembali tentang pentingnya menjaga kerukunan dalam kebhinekaan," tutupnya.