KRICOM - Penangkapan sejumlah petinggi dan mantan pejabat Kerajaan Arab Saudi telah membuat geger dunia internasional. Pasalnya, belasan pemangku jabatan di Kerajaan tersebut ditangkap atas tuduhan telah melakukan tindak korupsi di Arab Saudi.
Salah satu pejabat yang ditahan oleh lembaga antikorupsi Arab Saudi adalah Pangeran Alwaleed bin Talal. Menurut CNN, dirinya adalah pemilik 95 persen saham Kingdom Holding yang juga mempunyai andil dalam pembiayaan sejumlah perusahaan besar, seperti Citigroup, Twitter, Apple, dan News Corp.
Penangkapan Alwaleed sedikit bertentangan dengan beberapa kebijakan yang dibuatnya sewaktu masih menjadi pejabat di Kerajaan. Dirinya adalah salah satu tokoh yang memberikan kebebasan kepada kaum perempuan yang sejak lama memiliki keterbatasan dalam beraktivitas di lingkungan umum, di Arab Saudi.
Forbes menyebut Pangeran Alwaleed diperkirakan memiliki kekayaan hingga US$17 triliun atau sekitar Rp 230 triliun.
Usai penangkapannya, sang cucu dari pendiri Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz al Saud diprediksi akan kehilangan profit hingga US$750 juta atau sekitar Rp 10 triliun.
Sampai saat ini, dikabarkan terdapat 38 orang yang ditangkap oleh lembaga antikorupsi tersebut. Mereka semua merupakan para mantan pejabat tinggi maupun orang-orang nomor satu di kementerian Arab Saudi yang dituding telah melakukan tindak korupsi.
Tak lama setelah penangkapan tersebut, tiga orang menteri juga dicopot dari jabatannya dan 10 mantan menteri ditahan oleh pihak berwajib, sebagai wujud dari pemberantasan korupsi yang diinisiasi oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud.
Seperti dikabarkan sebelumnya, Kerajaan Arab Saudi telah membentuk sebuah lembaga antikorupsi. Lembaga tersebut kini dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sosok yang menjanjikan adanya perubahan di dalam Kerajaan.
"(Pembentukan lembaga antikorupsi) ini merupakan agenda reformasi yang bertujuan untuk mengatasi sejumlah masalah yang telah menghambat perkembangan Kerajaan Arab Saudi dalam beberapa puluh tahun belakangan ini," demikian bunyi pernyataan yang dirilis Kementerian Komunikasi Arab Saudi, Minggu (5/11/2017).