KRICOM - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fahri Hamzah menganggap pidato Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait penetapan Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah hal yang ngawur. Pasalnya, Yerusalem merupakan bagian dari negara Palestina yang kemerdekaannya ditahan.
"Sekarang ini Trump malah membuat pengumuman bahwa ibu kota-nya diambil alih. Itu ngawur sekali," kata dia kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Fahri menambahkan, Yerusalem bagian dari sejarah orang Palestina. Namun daerah sekitar Yerusalem ini sudah dirampas Israel. Tapi, dalam semua perjanjian yang pernah ada, setidaknya pada 70 tahun ini, posisi Yerusalem tidak pernah bisa menjadi bagian dari Israel. Yerusalem justru lebih dekat menjadi bagian dari Palestina.
"Dan sejarahnya memang begitu, karena mereka mengelola kota suci, kota agama di mana di situ ada rumah ibadah agama-agama," imbuhnya.
Menurut Fahri, pidato yang disampaikan Trump, dengan menetapkan Yerusalem sebagai ibukota Israel, mencemaskan dunia. Karena pidato tersebut merupakan provokasi yang berpotensi menghadirkan kekacauan dunia.
"Sehingga kami melupakan masalah yang menjadi inti persoalannya. Ini kan kabinet Trump sedang goyang," ungkap dia.
Fahri menduga kabinet Trump tengah digoyang karena isu keterlibatan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS. Diketahui, dugaan keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS memenangkan Trump.
"Menurut saya, Donald Trump akan dijatuhkan oleh Senat dan Kongres AS, karena penyelidikan tentang keterlibatan Rusia dalam memenangkannya di Pipres AS beberapa waktu lalu itu makin lama makin kelihatan," pungkasnya.