KRICOM - Jepang diguncang oleh kasus pencurian terbesar sepanjang sejarah. Baru-baru ini, sebuah perusahaan uang digital bernama Coincheck mengaku telah kehilangan US$ 530 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun usai dibobol oleh sekelompok peretas (hacker).
Kasus pencurian ini, seperti dirilis CNN, Senin (29/1/2018), terungkap di akhir pekan lalu. Coincheck memaparkan para hacker membobol simpanan investasi mata uang digital (cryptocurrency) NEM milik para nasabahnya.
"Pencurian ini telah membuat para nasabah kami, perusahaan uang digital lainnya, dan seluruh pihak yang bergerak di industri cryptocurrency sangat menderita," papar perwakilan Coincheck melalui situs resminya.
Dalam pernyataan yang sama, Coincheck juga berjanji untuk mengembalikan sebagian uang milik para investor yang raib dicuri hacker. Mereka menjelaskan akan mengganti kerugian sejumlah 46,3 juta yen atau sekitar Rp 5,7 miliar.
Namun jumlah tersebut kurang 20 persen dari jumlah total kehilangan.
"Kami sangat menyesal dan meminta maaf kepada siapapun yang dirugikan atas peristiwa ini," lanjut pernyataan tersebut.
Pencurian uang digital tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap nilai tukar mata uang digital NEM. Dari laporan CNN Money, nilai NEM menurun drastis hingga 20 persen semenjak kasus pencurian tersebut mencuat ke publik akhir pekan lalu.
Kasus pencurian mata uang digital ini bukanlah kali pertama terjadi. Bulan Desember 2017 silam, perusahaan mata uang digital asal Korea Selatan Youbit harus gulung tikar usai diserang oleh para hacker.
Lalu perusahaan NiceHash asal Slovenia juga mengalami nasib serupa di bulan yang sama. Mereka kehilangan US$ 70 juta dalam bentuk mata uang Bitcoin usai diretas oleh para cybercriminal.